Sebagai pengrajin Sasando, dia menyebut alat musik Sasando mencerminkan bahwa manusia tidak bisa terlepas dari alam meskipun perkembangan teknologi sudah maju. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan apa yang ada di alam ini.
"Bahan Sasando terdiri atas bahan yang bisa didapatkan secara alami yakni daun lontar, bambu, dan kayu. Sedangkan string (dawai) dan tautannya merupakan hasil dari sebuah teknologi. Perpaduan antara bahan yang natural dan bahan hasil dari teknologi ini memberikan kita pelajaran bahwa kita tidak pernah bisa lepas alam, kelestarian alam harus kita jaga," ucapnya.
Jegril pun berharap, Sherpa G20 ini bisa menjadi momentum untuk memperkenalkan Sasando di tingkat internasional. Dia juga berharap kegiatan internasional ini dapat mendorong semangat generasi muda NTT untuk melestarikan, mengembangkan, dan melindungi alat musik ini sebagai kebanggaan daerah.
Kegiatan Sherpa G20 di Labuan Bajo diikuti seluruh negara anggota G20 dengan 19 anggota G20 hadir secara fisik dan 1 secara virtual. Turut hadir juga 6 negara undangan dan 9 organisasi internasional. Kegiatan ini akan berlangsung hingga 13 Juli 2022.
Baca juga: Sherpa G20 bahas soal pengakuan sertifikat vaksinasi antar-negara
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Alat musik Sasando diperkenalkan dalam Sherpa G20 di Labuan Bajo