Kuala Lumpur, (AntaraKL.Com) - Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Kuala Lumpur, Andreano Erwin, menegaskan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) sudah sejak dulu menerapkan lima hari kerja sehingga kebijakan lima hari sekolah tidak perlu dirisaukan.
Andreano mengemukakan hal itu saat memberikan sambutan Upacara Bendera Mengawali Tahun Pelajaran 2017/2018 Sekolah Indonesia Kuala Lumpur di Kuala Lumpur, Senin.
Upacara turut dihadiri Atdikbud KBRI Kuala Lumpur Prof Ari Purbayanto, Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Drs H Agustinus Suharto, M.Pd, para anggota Badan Pembina Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, ketua dan anggota komite sekolah, para guru dan orang tua murid.
"Tahun pelajaran baru 2017/2018 ini, sebagian besar siswa yang telah lulus pendidikan TK, SD dan SMP tetap melanjutkan pendidikannya di SIKL, sementara sebagian siswa lainnya kembali ke tanah air. Tetapi, ada di antaranya adalah siswa/i baru yang mulai hari ini menjadi bagian dari keluarga besar Sekolah Indonesia Kuala Lumpur," katanya.
Dia mengatakan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan terus berupaya meningkatkan mutu dan akses pelayanan pendidikan Indonesia dimanapun, termasuk layanan pendidikan Indonesia di luar negeri.
Sejalan dengan itu, ujar dia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mendapat tugas untuk merealisasikan program Penguatan Pendidikan Karakter dimana pada jenjang pendidikan dasar harus 70 persen porsi pendidikan karakternya.
"Penguatan pendidikan karakter tersebut lebih merupakan pengejawantahan dari Visi dan Misi kabinet kerja di bidang pendidikan yang tertuang dalam Nawa Cita Pemerintah," katanya.
Makna dari penguatan pendidikan karakter diharapkan sekolah dapat mencetak siswa/siswi yang tidak saja unggul di bidang akademik, tetapi peserta didik memiliki karakter mulia yang berwatak Pancasila dan berkebudayaan Indonesia.
"Pembentukan karakter tersebut tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas, tetapi juga dalam praktek sehari-hari siswa/i harus berlatih untuk dapat berperilaku jujur, berdisiplin tinggi, sopan, saling menghargai, taat aturan, berempati, taat agama yang kesemuanya mencerminkan sikap sebagai manusia Pancasila yang budaya Indonesia," katanya.
Dalam penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak pernah menggagas program full day school atau sekolah satu hari penuh.
"Kebijakan yang dilaksanakan adalah program Penguatan Pendidikan Karakter. Jadi hari sekolah dimampatkan dari enam hari menjadi lima hari, per harinya hanya ada penambahan satu jam 20 menit saja untuk kegiatan intrakurikuler," katanya.
Dia menegaskan tidak benar siswa akan belajar selama delapan jam sehari di kelas sebagaimana yang diberitakan pada pemberitaan nasional, namun siswa akan lebih banyak kegiatan belajar di luar kelas termasuk pembelajaran dengan sumber belajar lainnya.
Ridwan Chaidir
(T.A034/B/R010/R010) 17-07-2017 19:04:58
Berita Terkait
Prabowo pelajari budaya makan siang gratis di sekolah Beijing
03 April 2024 17:59 Wib
Sekolah di Semenanjung Malaysia dianjurkan langganan koran berbahasa Melayu
15 March 2024 5:45 Wib
Film "Teori Cakrawala" tayang pada 5 Oktober 2023
13 September 2023 11:06 Wib
Taman Wisata Alam Batimurung padat oleh wisatawan di libur sekolah dan Idul Adha
01 July 2023 8:02 Wib
Jokowi perintahkan segera bangun sekolah dan rumah sakit di IKN
12 April 2023 19:25 Wib, 2023
Ratusan guru CLC di Malaysia bertanding permainan tradisional Indonesia
24 January 2023 11:35 Wib, 2023
Peragaan “soccer robot IoT” di sekolah Indonesia di Johor Bahru
06 December 2022 6:43 Wib, 2022
Murid sekolah Indonesia raih medali emas pada kejuaraan karate di Sabah
05 December 2022 20:20 Wib, 2022