Ultah perdana Sahabat Pena Nusantara Malaysia

id Sahabat Pena Nusantara

Ultah perdana Sahabat Pena Nusantara Malaysia

Hari Ulang Tahun Sahabat Pena Nusantara Malaysia (Foto : Dok) (1)

Kesan mendalam saya peroleh dari acara ulang tahun pertama Sahabat Pena Nusantara (SPN) di Setapak kemarin.

Jujur, ketika menggagas komunitas SPN, saya tidak berpikir jauh. Yang penting, saya bikin grup WhatsApp yang di dalamnya terkumpul penulis atau siapa saja yang mencintai dunia tulis.

Tetapi, dalam urutan waktu, perkembangan SPN cukup membanggakan, kendati aktivitas utama kita di grup WhatsApp.

Ada tiga grup SPN aktif. Pertama, SPN Pusat yang saya pimpin sendiri. Di situ, menulis bulanan sesuai tema yang ditentukan adalah wajib. Tiga kali (berarti tiga bulan) tidak setor tulisan rutin adalah kesalahan fatal.

Kedua, SPN Banyuwangi. Komunitas ini baru berdiri sekitar seminggu lalu. Ketuanya adalah Atiqoh Hamid, seorang anggota DPRD Banyuwangi yang juga pengasuh PP Miftahul Jadid Banyuwangi. Meskipun baru terhitung hari, namun anggota SPN Banyuwangi terbilang sangat semangat. Setiap hari, anggotanya aktif mengunggah tulisan di grup.

Yang ketiga adalah SPN Malaysia. Komunitas ini bermula dari pelatihan menulis saya di Mont Kiara untuk para mahasiswa, dosen, TKI, dan ibu rumah tangga. Atas prakarsa Rita Audriyanti, berdirilah SPN Malaysia. Di bawah pimpinan Ibu Rita, SPN Malaysia melaju pesat. Belum genap setahun, dua buku telah diterbitkan.

Nah, acara kemarin, 10 September 2017, adalah ultah perdana SPN. Acara diisi dengan silaturahmi bersama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Malaysia dan juga arisan. Hadir pula Ketua MP KAHMI Malaysia, Kunrat Wirasubrata. Pak Kunrat mengapresiasi kiprah SPN, dan berharap SPN lebih produktif menelurkan karya-karya cerdas.

Semakin meriah, karena setelah beberapa sambutan, ada ceramah oleh Muhammad Abdul Aziz, mahasiswa master IIUM. Kemudian, dan ini yang paling penuh gelak tawa, ialah potong tumpeng diiringi Shalawat Jawa, dipimpin pasangan suami-istri, Muhamad Tamam Basith dan Iyud Sumitra Berutu. Tidak kalah heboh, foto-foto dengan pakaian sarung.

Oh ya, di akhir acara, kita memilih Ketua SPN Malaysia, pengganti Ibu Rita, dan terpilihlah Raihana Mahmud. Ibu Irai—panggilan karibnya—termasuk perintis SPN Malaysia, dan sangat aktif di grup. Di tangannya, semoga SPN Malaysia semakin berlari kencang dengan karya-karya tulis yang semakin berbobot. Selamat, Ibu Irai. Semoga semakin lincah.

Saya pribadi berharap, di samping terus menulis naskah antologi, anggota SPN Malaysia harus mulai menyiapkan naskah solo dan mengirimkannya ke penerbit-penerbit mayor di Indonesia.

Dengan begitu, anggota SPN Malaysia tidak hanya kaya dengan karya antologi, namun juga memiliki karya solo yang mejeng di Gramedia seluruh Indonesia.

Ayo mulai menulis sejak sekarang. Tulislah tema yang mudah dan sederhana bagi Anda. Lalu, tuangkanlah isi hati dan pikiran. Jangan pernah takut salah atau yang lainnya.

Kemudian, editlah tulisan Anda sebelum diunggah. Dan, yang paling penting, menulislah secara istikamah. Bismillah. Saya bisa, Anda pun bisa. Orang Indonesia kok dilawan.

* Pendiri Sahabat Pena Nusantara (SPN). Mahasiswa Program Doktoral International Islamic University Malaysia (IIUM).