Profesor Malaysia lawatan ilmiah ke Aceh

id Malaysia

Profesor Malaysia lawatan ilmiah ke Aceh

"Aceh memiliki beragam tanaman, baik pangan maupun buah. Sedangkan Malaysia sekarang ini lebih banyak yang impor. Begitu juga petaninya, tinggal yang tua-tua saja. Yang muda sepertinya kurang berminat bekerja di sektor pertanian," katanya.

Banda Aceh, (AntaraKL) - Sejumlah profesor atau guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Malaysia melakukan lawatan ilmiah terkait dengan teknologi pertanian di Provinsi Aceh. 

"Lawatan ilmiah ini bentuk kerja sama dalam rangka berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya di bidang teknologi pertanian," kata Prof Mohammad bin Usman, ketua delegasi lawatan ilmiah di Banda Aceh, Rabu. 

Prof Mohammad bin Osman merupakan guru besar Universitas Putra Malaysia (UPM). Selain dia, juga ikut dalam lawatan ilmiah di Aceh yakni Prof Madya Suhaimi Napis yang juga dari UPM. 

Kemudian, Prof Madya Faridah Noor Mohd Noor dari Universitas Malaysia, Kuala Lumpur. Serta serta sejumlah akademisi lainnya, baik dari UPM maupun Universitas Kebangsaan Malaysia. 

Lawatan ilmiah tersebut difasilitasi Koordinator Wilayah Aceh Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan Munawar serta Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kementerian Desa Kota Lhokseumawe Jaswar. 

Prof Mohammad bin Osman mengatakan, lawatan ilmiah ke Aceh berlangsung 12 hingga 15 Desember mendatang. Dalam lawatan tersebut, pihaknya memberi kuliah umum mengenai teknologi pertanian di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 

"Kami juga berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Dalam diskusi tersebut, kami membahas penerapan teknologi, baik Aceh maupun Malaysia," katanya. 

Selanjutnya, lawatan ilmiah dilakukan di Bireuen dan Lhokseumawe. Di dua tempat itu juga digelar diskusi dan berbagi pengalaman bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat melalui hasil produksi padi di Aceh. 

"Kami juga akan bertemu dengan pelaku pemberdayaan masyarakat di Lhokseumawe, juga membahas bagaimana meningkatkan produktivitas hasil pertanian," kata Prof Mohammad bin Osman. 

Berbicara soal pertanian Indonesia, khususnya Aceh, Prof Mohammad bin Osman mengatakan. Aceh memiliki sumber daya pertanian yang luar biasa. Sedangkan Malaysia kini sudah sangat terbatas. 

"Aceh memiliki beragam tanaman, baik pangan maupun buah. Sedangkan Malaysia sekarang ini lebih banyak yang impor. Begitu juga petaninya, tinggal yang tua-tua saja. Yang muda sepertinya kurang berminat bekerja di sektor pertanian," katanya. 

Hanya saja di Aceh, sebut dia, penggunaan teknologi pertanian harus lebih ditingkatkan, sehingga bisa mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian. 

Kami berharap lawatan ilmiah ke Aceh ini memberi dampak bagi kemajuan sektor pertanian Aceh. Apalagi kultur masyarakat Aceh dan Malaysia tidak jauh berbeda," kata Prof Mohammad bin Osman.

Sementara itu, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Kementerian Desa Kota Lhokseumawe Jaswar mengatakan, lawatan ilmiah sejumlah guru besar dari Malaysia tersebut untuk membangun kerja sama meningkatkan produktivitas pertanian. 

"Kunjungan sejumlah guru besar dari negara tetangga ini untuk berbagai ilmu dan pengalamannya yang akan diterapkan masyarakat pertanian di Aceh, sehingga memberi dampak pada peningkatan perekonomian," kata Jaswar.