Catatan akhir tahun - Pendidikan anak TKI di Malaysia

id Catatan Akhir Tahun,Pendidikan Anak TKI di Malaysia,CLC

Catatan akhir tahun - Pendidikan anak TKI di Malaysia

CLC Sarawak

"Saya mendukung seratus persen sekolah ini. Nanti kami akan mengirim komputer dan buku-buku. Terima kasih kepada Raja Kamaruddin yang dalam usia tidak muda lagi masih melakukan kegiatan sosial," kata pemilik Lion Air Group tersebu

Kuala Lumpur, (AntaraKL) - Upaya pelayanan untuk memenuhi hak-hak dasar pendidikan bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia menjadi kuat dengan penandatangan kesepahaman antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak.

Kedua pemimpin pemerintahan ini telah melakukan Annual Consultation (Ancon) ke-12 di Kuching, Sarawak, 22 November 2017. Ancon merupakan forum pertemuan bilateral tahunan tertinggi antara Indonesia dan Malaysia pada tingkatan kepala pemerintahan.

Penyelenggaraan Ancon dalam kerangka peningkatan kerjasama bilateral Indonesia dan Malaysia ini bertepatan dengan perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia pada tahun ini.

Terdapat 33 joint statement atau pernyataan bersama yang ditandatangani kedua pemimpin sedangkan kesepakatan dalam bidang pendidikan diantaranya adalah perluasan sekolah informal untuk anak-anak Indonesia atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Community Learning Centre / CLC) serta visa pelajar dan mahasiswa.

CLC merupakan tempat kegiatan belajar yang bertempat di ladang-ladang kelapa sawit Sabah dan Sarawak untuk jenjang SD dan SMP.

Menurut data dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, penyelenggaraan layanan pendidikan untuk anak-anak Indonesia di Malaysia diawali pada pertemuan Ancon 2004 antara Presiden Megawati Soekarnoputri dan Perdana Menteri, Abdullah Ahmad Badawi.

Kedua pemimpin menyepakati bahwa Indonesia akan mengirim guru-guru ke Sabah untuk membantu pendidikan anak-anak Indonesia.

Kesepakatan tersebut dipertegas dengan Ancon 2006 antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi di Putrajaya dan pendirian Sekolah Indonesia Kinabalu yang tertuang dalam pernyataan bersama antara kedua pemimpin.

Keberadaan CLC amatlah membantu bagi kelangsungan pendidikan anak-anak TKI namun yang juga perlu dipikirkan kemudian bagaimana anak-anak lulusan level SMP bisa melanjutkan ke SMA.

Ratusan anak TKI yang bekerja di sejumlah perkebunan sawit di Sarawak, Malaysia, tidak bisa melanjutkan ke SMA karena mengikuti orang tuanya bekerja di ladang.

"Kami sudah ada kelulusan dua kali tetapi sayangnya mereka masih di ladang karena orang tuanya masih lama bekerja di ladang sawit," ujar salah seorang guru di Community Learning Center (CLC) Lavang Sarawak, Nurdin Citro Finsae.

Pria asal Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengatakan kalau ingin melanjutkan ke SMA harus pulang ke Indonesia sedangkan anaknya tidak bisa pulang sendiri ke kampung halaman di Indonesia.

"Lulusan SMP di CLC Sarawak ikut kerja di ladang. Padahal kita ingin ada perbaikan nasib. Ini yang kita harapkan. Kalau bisa tahun depan ada guru yang dikirim. Semoga Sarawak bisa dapat dan bisa membuka SMA," katanya beberapa waktu lalu.

Pemerintah sendiri sudah beberapa kali mengirim guru seperti pada 6 Mei 2017 lalu sebanyak 15 guru bina yang telah memperoleh pembekalan dari Ditjen GTK Kemdikbud tahap pertama dari 32 orang tiba CLC Sarawak Malaysia.

Kompetisi Sains dan Seni

Keberadaan CLC di Negara Bagian Johor Bahru, Sabah maupun Sarawak tidak hanya menjadi anak tiri dari Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang ada di Malaysia namun mereka diberi kesempatan yang sama untuk mengikuti kompetisi antar sekolah.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Kuala Lumpur telah memberikan kesempatan mereka mengikuti Kompetisi Sains Seni dan Olah Raga (KS2O) SILN di Malaysia dan ternyata mereka juga mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum.  

Saat KS20 yang diselenggarakan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) pada 8 hingga 10 September 2017 lalu untuk juara umum, CLC Sabah A berhasil meraih juara ketiga, juara dua diraih Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dan juara umum diraih oleh SIKK.

Rincian juara umum jenjang SD diraih SIKK dan juara umum SMP diraih CLC Sabah A, juara umum SMA adalah SIKK. Sementara cabang olah raga bulu tangkis putra dan putri diraih oleh Community Learning Center (CLC) Sabah A.

Kontingen Sarawak diwakili oleh lima siswa dari CLC Ladang Pinang untuk lomba pidato, CLC Ladang Mutiara untuk olimpiade sains dan matematika, CLC Ladang Pekaka untuk lomba menyanyi dan CLC Ladang Segarmas untuk lomba menggambar.

Pada KS2O tersebut kontingen Sarawak berhasil memenangkan medali Perak dari Lomba Sains dan Menyanyi serta medali perunggu untuk lomba menggambar.

KS20 2017 juga diikuti Sekolah Indonesia Bangkok, Thailand dan Sekolah Indonesia Davao, Filipina, namun mereka belum memperoleh medali sedangkan Sekolah Indonesia Singapura meraih medali emas untuk olimpiade matematika.

Sementara itu saat Kompetisi Sains dan Seni (KS2) 2016 yang berlangsung di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Johor Bahru pada 22 - 23 Oktober, CLC Sabah A meraih dua emas, dua perak dan satu perunggu, CLC Sabah B tiga emas dan tiga perunggu sedangkan CLC Sarawak tidak mendapatkan medali.

Pada saat itu olah raga belum dimasukkan ke dalam kompetisi namun hanya sains dan seni. Selain SILN Singapura lomba KS2 2016 juga diikuti peserta tamu dari Sekolah Indonesia Singapura (SIS).

"Keikutsertaan anak-anak SIS diharapkan menjadi kompetitor agar lebih memotifasi anak-anak di Malaysia karena untuk Singapura jenjang kompetisinya dengan sekolah lokal sehingga secara berkala selalu diasah untuk bisa berkompetisi dengan sekolah lokal," ujar Atdikbud KBRI Singapura, Prof Dr Ir Aisyah Indah Palupi.

Aisyah berharap dengan keikutsertaan SIS anak-anak yang ada di Malaysia menjadi lebih termotifasi lagi.

Atdikbud KBRI Kuala Lumpur, Prof Dr Ari Purbayanto memandang keikutsertaan mereka dalam KS2O penting sedangkan kemenangan dan kekalahan dalam kompetisi merupakan hal yang biasa serta harus disikapi secara positif bagi setiap peserta.

Kejar Paket

Kepedulian terhadap pendidikan anak-anak TKI di Malaysia tidak hanya dilakukan pemerintah Indonesia namun juga dilakukan oleh Raja Kamaruddin Bin Raja Abdul Wahid yang merupakan keluarga Sultan Selangor di Klang, Selangor, Semenanjung Malaysia.

Pria keturunan Bugis tersebut mendirikan Pusat Pendidikan Warga Negara Indonesia (PPWNI) Bayu Perdana karena prihatin dengan pendidikan anak-anak TKI yang tidak terurus saat orang tuanya bekerja di kilang (pabrik).

Untuk aktivitas PPWNI dia menyewa beberapa ruangan untuk dijadikan ruang kelas yang lokasinya berada satu komplek dengan rumah flat yang ditempati para TKI.

Awalnya Raja Kamaruddin menggunakan uang sendiri namun dalam perkembangannya mendapat guru bantu dan bantuan peralatan dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).

Duta Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana pada 12 Desember 2017 lalu telah mengunjungi sekolah tersebut dan secara simbolis menyerahkan ijazah pendidikan kesetaraan program paket A yang bisa digunakan untuk melanjutkan sekolah di Indonesia.

"Motifasi kami mendirikan PPWNI karena banyak TKI yang datang ke Malaysia namun pendidikannya kurang sehingga banyak dimanfaatkan agen-agen yang tidak bertanggung jawab dari dua negara," ujar konsultan di Bugis Holding Sdn Bhd tersebut.

Menurut dia, banyak yang mengambil kesempatan terhadap para TKI ini. karena mereka mengisi formulir saja tidak bisa karena itu harus menjadi pelajaran agar generasi mendatang tidak seperti itu lahi dan biarlah orang tuanya yang mengalami.

Pada kesempatan tersebut Dubes Rusdi Kirana mengatakan pihaknya menerima pesan dari Presiden Joko Widodo agar bisa membuka sekolah sebanyak-banyaknya bagi anak-anak TKI yang ada di luar negeri termasuk mendirikan sekolah kejuruan.

"Saya mendukung seratus persen sekolah ini. Nanti kami akan mengirim komputer dan buku-buku. Terima kasih kepada Raja Kamaruddin yang dalam usia tidak muda lagi masih melakukan kegiatan sosial," kata pemilik Lion Air Group tersebut.

Rasa terharu dan gembira disampaikan oleh Ahmad Amin Hamrullah (11) yang pada kesempatan tersebut secara simbolis menerima ijazah program paket.

"Alhamdulillah saya sudah mendapatkan ijazah ini. Semoga bisa digunakan untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi," katanya.

Hingga saat ini total jumlah CLC di Sabah dan Sarawak ada 243 buah, satu Sekolah Rintisan Johor Bahru. Selain di tempat tersebut anak-anak TKI jug ada yang sekolah di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur dan Sekolah Indonesia Kinabalu.