TKI dan mahasiswa di Malaysia belajar menulis

id workshop menulis, pcim malaysia,husnaini,menulis,TKI

TKI dan mahasiswa di Malaysia belajar menulis

M Husnaini saat presentasi (1)

"Ketika hendak menulis buatlah kata kunci yang hendak ditulis. Itu yang gampang. Kalau ilmiahnya membuat kerangka atau `outline`. Misalnya kata kunci `rumah ibadah`, `sholat` dan `belajar`, maka materi tulisan mesti fokus ke situ terus," katanya.
Kuala Lumpur, (Antara) - Sebanyak 30 peserta terdiri atas Tenaga Kerja Indonesia (TKI), mahasiswa Indonesia di Malaysia dan ibu-ibu rumah tangga mengikuti workshop menulis yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM).

Acara yang diselenggarakan di Rumah Dakwah Jalan Gombak, Minggu, tersebut menghadirkan pembicara tunggal pendiri Sahabat Pena Nusantara (SPN) M Husnaini yang juga mahasiswa doktoral di Universitas Islam Antarbangsa Malaysia (IIUM).

Acara yang berlangsung mulai pukul 08.30 hingga pukul 13.00 waktu Malaysia tersebut diikuti dengan antusias oleh peserta karena usai workshop tersebut peserta akan membuat buku suka duka di negeri jiran dikaitkan dengan aktivitas di persyarikatan.

Ketua PCIM Malaysia yang juga dosen di IIUM, Dr Sonny Zulhuda dan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah, Nitha Nasitah, ikut mengawal acara mulai kegiatan hingga acara selesai menjelang dhuhur.

Pada kesempatan tersebut Husnaini yang dikenal sebagai penulis buku produktif asal Lamongan menyampaikan kiat menulis dan mempraktekkan secara langsung sehingga peserta mudah memahami materi yang disampaikan.

"Jangan dikira penulis `best seller` itu mempunyai waktu khusus untuk menulis, tetapi mereka menulis di sela-sela mengantar anaknya sekolah, mengantar istrinya belanja dan lainnya," kata penulis buku "Menulis dari Nol Hingga Terbit Buku" tersebut.

Namun Husnaini juga mempersilahkan manakala peserta membuat dan mempunyai waktu khusus yang hanya diperuntukkan bagi aktivitas menulis.

Husnaini sendiri ketika mempunyai ide materi tulisan dia tulis di whatsapp kemudian dikirimkan ke istrinya dan biasanya sang istri sudah mengerti whatsapp yang dikirimkan tersebut kalau tidak faham berarti materi tulisan suaminya.

Selain disimpan di dalam whatsapp Husnaini juga menyimpan ide-ide tulisan di dalam fitur note atau catatan dalam handphone yang bisa juga dipilah-pilah dalam folder sebagaimana dilakukan para wartawan.

Husnaini mengatakan menulis harus fokus terhadap materi yang hendak ditulis dan jangan menulis materi yang tidak dikuasainya.

Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur`an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) ini juga menyarankan kalau menulis jangan terlalu banyak berfikir dan takut salah namun mengalir saja sesuai prioritas tulisan.

"Ketika hendak menulis buatlah kata kunci yang hendak ditulis. Itu yang gampang. Kalau ilmiahnya membuat kerangka atau `outline`. Misalnya kata kunci `rumah ibadah`, `sholat` dan `belajar`, maka materi tulisan mesti fokus ke situ terus," katanya.

Pada kesempatan tersebut salah seorang peserta Supardi Yoga Kaman mengatakan dirinya kalau menulis terkadang semangat namun terkadang malas.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Husnaini mengatakan yang dialami Supardi juga dialami oleh siapa pun termasuk penulis-penulis ternama sehingga tidak perlu dirisaukan yang terpenting semangat dan fokus.

Ketua Panitia Workshop Menulis Sutrisno yang juga mahasiswa doktoral di IIUM mengharapkan agar peserta bisa setor tulisan hingga akhir Maret agar segera bisa diedit kemudian diterbitkan menjadi buku.