ITA Ingin jadi "market leader" di Malaysia

id ITA,Produk Indonesia

ITA Ingin jadi "market leader" di Malaysia

Hotman W Wangi (1)

"Kalau masuk ke ITA bisa berbagi bagaimana cara membuka perusahaan, apa yang harus kita perbuat dan pengalaman pahit apa yang kita sudah alami supaya mereka tidak mengalami pengalaman pahit serupa. Bukan mengajari tetapi berbagi," katanya.
 Kuala Lumpur, (AntaraKL) - Indonesia Trade Association (ITA) berkeinginan agar produk-produk anggotanya menjadi pemimpin pasar atau market leader di Sabah, Sarawak maupun Semenanjung Malaysia.
   
"Kami berharap ITA lebih bagus. Anggotanya yang kebanyakan perusahaan-perusahaan Indonesia yang ada di Malaysia diharapkan lebih bagus. Produk-produk Indonesia di Malaysia bisa menjadi market leader," ujar Ketua ITA, Hotman W Wangi di Kuala Lumpur, Senin, sehubungan ulang tahun organisasi tersebut.

Hotman mengatakan hingga saat ini ITA memiliki 60 orang anggota yang berasal dari 36 perusahaan yang bergerak dalam bidang consumer good, banking, spa, logistik dan beragam jenis usaha lainnya.

"ITA tidak memberikan fasilitasi langsung yang diberikan kepada anggotanya karena merupakan sebuah komunitas. Namun dalam organisasi ini kita bisa berbagi informasi masing-masing produk kita dan perusahaan kita," katanya. 

Dia mengatakan sesama anggota saling memperhatikan dan melakukan kerjasama yang baik karena kalau berjalan sendiri-sendiri lebih susah  dibandingkan kalau berjalan bersama terutama untuk perusahaan Indonesia yang baru masuk. 

"Kalau masuk ke ITA bisa berbagi bagaimana cara membuka perusahaan, apa yang harus kita perbuat dan pengalaman pahit apa yang kita sudah alami supaya mereka tidak mengalami pengalaman pahit serupa. Bukan mengajari tetapi berbagi," katanya.

Terkait kerjasama dengan asosiasi di Malaysia, dia mengatakan pihaknya belum melakukan kerjasama langsung tetapi sudah berhubungan dengan dengan sejumlah organisasi seperti Chinese Chamber Association Malaysia.

"Market kita selama ini bagus. Salah satu yang membuat dukungan kita adalah budaya kita yang sama," katanya.

Ditanya tentang tantangan ke depan, dia mengatakan setiap pemerintah yang baru selalu ada kebijakan baru sehingga pihaknya harus bisa menyesuaikan. 

"Sekarang di Malaysia tidak ada GST (Goods and Service Tax) atau Pajak Layanan dan Barang tetapi mereka mau menukar dengan Sales and Service Tax (SST)," katanya. 

Dia mengatakan sebagai produk Indonesia yang masuk Malaysia pihaknya harus lebih memperkuat marketing. 

"Kita masuk ke Malaysia karena alasan pertama orang Indonesia tetapi kita jangan hanya memikirkan orang Indonesia saja, kita juga harus masuk ke market Malaysia, kita harus melakukan branding dan promosi produk kita untuk orang Malaysia," katanaya.

Tentang produk Indonesia yang baru masuk, dia mengatakan Teh Pucuk Harum baru masuk sedangkan produk-produk lainnya sudah ada dimana-mana.

"Kara, Daia, Kapal Api dan Teh Botol Sosro sudah dimana-mana," katanya.