Sembilan CLC di Tawau ditutup sementara

id CLC, CLC Tawau,Penutupan CLC

Sembilan CLC di Tawau ditutup sementara

Ilustrasi - Peresmian CLC di Sarawak

"Penutupan sementara dilakukan oleh FGV dimulai tanggal 20 Agustus 2018 dan akan dibuka kembali pada 3 September 2018," ujar Konsul KJRI Tawau, Djati Ismojo dalam klarifikasinya, Rabu.
Kuala Lumpur, (AntaraKL) - Sebanyak sembilan Community Learning Center (CLC) warga Indonesia di Felda Global Ventures (FGV), Felda Sahabat, Lahad Datu, Tawau, ditutup sementara.

"Penutupan sementara dilakukan oleh FGV dimulai tanggal 20 Agustus 2018 dan akan dibuka kembali pada 3 September 2018," ujar Konsul KJRI Tawau, Djati Ismojo dalam klarifikasinya, Rabu.

Klarifikasi telah disampaikan kepada Menlu dan Dubes RI di Kuala Lumpur, Rusdi Kirana, sehubungan surat terbuka pengelola, Yapinus, kepada Presiden melalui Facebook.

Yayasan Peduli Insani Nusantara pimpinan Firdaus Attawuwur mengirimkan surat terbuka sehubungan akan diambil alihnya pengelolaan CLC oleh FGV dan Pemerintah RI yakni KBRI Kuala Lumpur dan KJRI Tawau.

"Penutupan sementara yang dilakukan oleh FGV telah memicu pro kontra. Pada 20 Agustus 2018, seorang guru / murid yang mengatasnamakan anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Sabah mem-posting surat terbuka di FB yang ditujukan kepada Presiden Jokowi," katanya.

Mereka memohon sekolah tidak ditutup dan pengelolaan tetap dilakukan oleh Yayasan.

"Sebagai klarifikasi dapat kami infokan bahwa penutupan CLC FGV untuk sementara adalah  dalam rangka FGV mempersiapkan pengambilalihan pengelolaan CLC tersebut sesuai dengan ketentuan pendidikan Malaysia," katanya. 

Pengambilalihan, ujar dia, terpaksa dilakukan karena upaya FGV dengan dukungan KBRI Kuala Lumpur dan KJRI Tawau mengajak Yapinus bekerjasama dengan KBRI KL dan KRI Tawau untuk mengoperasikan CLC sesuai dengan ketentuan Malaysia dan peraturan Indonesia tidak mendapatkan tanggapan positif dari Yapinus. 

"Dengan kondisi seperti itu, KJRI Tawau  sama sekali tidak bisa melakukan perlindungan atau pembinaan kepada anak-anak PMI tersebut karena Yapinus menghalangi akses KRI Tawau terhadap CLC-CLC yang selama ini dikelolanya," katanya. 

Dari laporan beberapa guru lokal yang mendukung upaya FGV dan Pemerintah RI, ujar dia, selama ini Yapinus melakukan intimidasi sehingga beberapa guru tetap loyal kepada Yapinus sampai terbit surat terbuka tersebut.

"Dengan pengelolaan langsung oleh FGV dan pembinaan oleh KBRI dan KJRI, CLC-CLC tersebut akan memperoleh perlindungan yang utuh baik dari sisi Pemerintah Malaysia maupun dari sisi Pemerintah RI sebagaimana CLC-CLC lain di Sabah," katanya. 

Pada saat CLC FGV dibuka kembali 3 September 2018 kegiatan pembelajaran di sembilan CLC tersebut akan dimulai dengan bimbingan guru-guru kiriman Kemdikbud yang selama ini tidak pernah didapatkan oleh CLC-CLC tersebut.  

"Untuk seterusnya nanti, tidak akan ada lagi pungutan terhadap murid-murid untuk biaya ujian karena ujian dapat diselenggarakan langsung oleh CLC secara gratis, sehingga murid-murid pun tidak perlu lagi diseberangkan ke Pulau Sebatik Indonesia melalui jalur ilegal yang selama ini dilakukan oleh Yapinus  agar mereka dapat mengikuti ujian di sekolah-sekolah Indonesia," katanya.

Dia mengatakan harapannya dengan bimbingan guru-guru yang berkompeten dari Kemendikbud pendidikan anak-anak PMI pun lebih berkualitas untuk masa depan anak-anak yang lebih baik.