Unesco tetapkan Malaysia ibukota buku dunia pada 2020

id Mazlee Malik,Menteri Pendidikan Malaysia,Ibukota Buku Dunia

Unesco tetapkan Malaysia ibukota buku dunia pada 2020

Menteri Pendidikan Malaysia Dr Maszlee Bin Malik berbincang-bincang dengan Direktur Hubungan Internasional dan Kemitraan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta Candy Hernandez disela-sela wawancara dengan wartawan Indonesia di Kantor Kementrian Pendidikan Malaysia, Putrajaya, Jumat, (13/12/2019). UNESCO telah menetapkan Malaysia sebagai ibukota buku dunia pada 2020 sejalan dengan kampanye gemar membaca yang dicanangkan negara tersebut akhir 2018. Foto ANTARA/Agus Setiawan. (1)

"Membaca semenjak orang lahir merupakan pembinaan tamadun dari sebuah negara. Tidak terbayang sebuah negara menjadi beradab dan bergengsi jikalau mereka tidak menitikberatkan budaya membaca," katanya.
Kuala Lumpur (ANTARA) - Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) telah menetapkan Malaysia sebagai ibukota buku dunia pada 2020 mendatang.

"Kita gembira bahwa pada 2020 Malaysia telah dipilih sebagai ibukota buku dunia oleh Unesco karena itu berbagai aktifitas akan dianjurkan tidak hanya di Kuala Lumpur tetapi di seluruh negara bagian baik di kawasan pedalaman maupun di kampung untuk menggalakkan membaca," ujar Menteri Pendidikan Malaysia Dr Maszlee Bin Malik ketika ditemui di Kementrian Pendidikan Malaysia, Putrajaya, Jumat.

Maszlee mengatakan kampanye gemar membaca di Malaysia diluncurkan pada penghujung 2018 karena membaca merupakan kunci sebuah negara berhasil dan membina tamadunnya (peradabannya).

"Membaca semenjak orang lahir merupakan pembinaan tamadun dari sebuah negara. Tidak terbayang sebuah negara menjadi beradab dan bergengsi jikalau mereka tidak menitikberatkan budaya membaca sehingga pada penghujung 2018 kita meluncurkan kampanye gemar membaca," katanya.

Maszlee mengatakan pihaknya menargetkan rakyat Malaysia untuk menjadi masyarakat negara membaca pada 2030.

"Kalau dilihat tingkat membaca warga Malaysia dibandingkan negara-negara maju kita masih ketinggalan. Kita tidak hanya ingin seperti negara-negara maju tetapi lebih dari negara maju dan kita bisa melakukan. Kita bisa melakukan kalau membaca menjadi cara hidup dan membaca sebagai tabiat di kalangan rakyat Malaysia sendiri," katanya.

Pihaknya juga memberikan penghargaan kepada  para sastrawan setiap tahun dengan memberikan banyak penghargaan kepada sastrawan yang sudah banyak menghasilkan banyak karya tulis. 

"Sebagian dari mereka kita jadikan icon dari kampanye membaca kita. Ada sastrawan tamu di kampus-kampus begitu juga kerjasama dengan kementrian lain seperti Kementrian Multimedia dan Kementrian Transportasi dengan melancarkan kampanye mambaca. Usaha kampanye membaca tidak hanya tanggung jawab Kementrian Pendidikan tetapi semua," katanya.
 
Dia mengatakan pihaknya juga melibatkan pihak industri dan swasta untuk  terlibat kampanye membaca.

Menurut Maszlee semenjak peluncuran kampanye membaca memang ada peningkatan budaya membaca di masyarakat dengan peningkatan peminjaman buku di perpustakaan walupun tidak dipungkiri adanya pengaruh ponsel.

"Tidak dipungkiri adanya pengaruh handphone namun kita tidak akan menyerah," katanya.

Dia menegaskan pada era digital ini pihaknya mengembangkan tiga jenis yakni e-content, buku cetak konvensional dan audio.