yang saja tidak setujui, kita mengatakan saya Pancasila, tetapi perilaku kita tidak melambangkan Pancasila
Jakarta (ANTARA) - Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Najamudin Ramli menegaskan Pancasila sebagai ideologi dasar Negara Indonesia harusnya diimplementasikan bukan hanya sebatas slogan.

"Yang saja tidak setujui, kita mengatakan saya Pancasila, tetapi perilaku kita tidak melambangkan Pancasila," tegas Najamudin dihubungi di Jakarta, Jumat.

Najamudin yang juga Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan pernyataan Presiden Joko Widodo dalam pidato sidang tahunan MPR RI Tahun 2019 tentang rumah Pancasila dapat dimaknai beberapa hal.

Pertama, rumah Pancasila dapat dimaknai sebagai tempat atau markas pengendalian bagaimana internalisasi Pancasila kepada seluruh warga negara, untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, bagaimana seluruh gerak-gerik tarikan nafas kita, baik dalam dimensi pembangunan fisik, rohani spiritual dimaknai sebagai rumah Pancasila.

Najamudin menegaskan makna Pancasila harus dimaknai dari mereka sebagai pimpinan di negara ini hingga warga negara Indonesia.

“Jika mereka mengatakan Pancasila, harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Dia mencontohkan beberapa makna Pancasila diantaranya sebagai umat beragama, harus taat dengan agamanya masing-masing, bagaimana etika kehidupan dan nilai di masyarakat harus merujuk pada sila pertama Pancasila.

Kemudian sila kemanusiaan, bagaimana menghormati hak asasi manusia, membangun adab dengan kebiasaan dalam keluarga sejak kecil hingga dewasa. Persatuan Indonesia, bagaimana implementasi dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Terkait dengan ancaman terhadap Pancasila, Najamudin menegaskan pemerintah wajib menjelaskan kepada masyarakat dalam bentuk apa ancaman tersebut.

“Kita jangan memberikan ketakutan-ketakutan kepada masyarakat kita sendiri,” harap Najamudin.

Dia berharap sesama anak bangsa tidak boleh saling tuduh menuduh, saling menjatuhkan bahkan dengan mudah memvonis kesalahan orang lain.

“Pancasila merupakan rumusan dari kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga perlu konsistensi untuk melaksanakan itu,” kata Najamuddin.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di depan sidang tahunan MPR RI mengatakan di tengah berbagai tantangan dan terpaan badai sejarah, Indonesia sebagai rumah besar bersama tetap berdiri kokoh.

Indonesia berdiri kokoh karena kita memiliki fondasi yang sangat kuat, Pancasila. Pancasila adalah dasar negara, bintang penjuru, sekaligus pemersatu kita semua.

“Di rumah Pancasila ini, kita hidup rukun tanpa dibeda-bedakan latar belakang agama, asal usul suku, perbedaan ras, maupun golongan,” kata Presiden Jokowi.

Presiden Joko Widodo, pada Jumat (16/8), dijadwalkan berpidato sebanyak tiga kali di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta. Pidato pertama pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2019 mulai pukul 08:30 WIB.

Selanjutnya, pada pukul 10:38 WIB, Presiden akan menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-74 Kemerdekaan RI. Kemudian pidato terakhir pada pukul 14:20 WIB dalam rangka Penyampaian Pengantar/Keterangan Pemerintah atas RUU Tentang APBN Tahun Anggaran 2020 beserta nota keuangannya.

Baca juga: Ketua DPD: Liberalisasi dan Paham Radikal mengaburkan Pancasila
Baca juga: BPIP sebut belajar Pancasila lebih utama di luar kelas
Baca juga: Ketua MPR ingatkan adanya ancaman de-ideologi Pancasila


Pewarta: Fauzi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019