London (ANTARA) - Sebanyak  25 orang penggiat seni budaya yang tergabung dalam Asosiasi Pantcha Indra dan beberapa warga Prancis dengan tekun mengikuti pelatihan pembuatan wayang kulit dan pelatihan seni gamelan Jawa yang diadakan Asosiasi Pantcha Indra didukung KBRI Paris.

Tempat pelatihan yang dipandu Ki Dalang Dr. Joko Susilo dari New Zealand dilakukan di ruang latihan rutin gamelan jawa Universite de Paris – Nanterre dilaksanakan setiap hari, siang dan sore  selama tiga jam selama sekitar dua pekan, 3-17
September 2019.

Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito kepada Antara London, Rabu menyebutkan kegiatan ini sangat penting untuk memberikan pengetahuan yang utuh tentang seni gamelan wayang kulit kepada para penggiat seni budaya Indonesia di Paris.
Baca juga: Wayang kulit kontemporer hipnotis anak Polandia

Salah satu peserta pelatihan yang juga penanggung jawab dan artistik gamelan Jawa, Christophe Moure, yang juga mumpuni dalam mendalang berbahasa Prancis, menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini.

Kegiatan ini semakin memberikan pemahaman secara utuh tentang wayang bagi kami, mulai dari pembuatan sampai dengan seni pertunjukannya, tuturnya.

Kegiatan ini bisa diikuti siapa saja dan tidak harus yang bisa bermain gamelan, serta ada hasil kenangan yang bisa dibawa pulang oleh peserta pelatihan, yaitu wayang kulit hasil buatannya sendiri, tambahnya.

Selain itu kegiatan ini juga dipersiapkan untuk meberikan pelatihan secara intensif gamelan Jawa – Bali untuk kegiatan-kegiatan pentas seni budaya Indonesia di Paris maupun kota lainnya di Prancis, di antaranya di UNESCO dan Museum Arkeologi – Clerment Ferrand.

KBRI Paris untuk pertama kali mengelar wayang kulit berbahasa Prancis di Balai Budaya KBRI Paris dengan dalang Christophe Moure. Dengan adanya pelatihan penguasaan seni budaya wayang oleh penggiat seni budaya di Paris akan semakin baik.
Baca juga: Pertunjukan wayang orang di Jerman dalam dua bahasa

Metode pembuatan wayang kulit ada beberapa cara, setelah kulit hewan biasanya kulit kerbau atau kulit sapi telah siap, maka pembuatan dilakukan dengan bisa dengan dua cara, pertama, dengan cara ngeblak (wayang sudah jadi ditempelkan ke bahan kulit yang sudah siap) dan kedua, seperti pada pelatihan ini yaitu menggunakan cetakan kertas dari gambar wayang yang akan dibuat.

Selanjutnya dilakukan teknik tatah sungging, yaitu teknik menatah kulit dengan suatu pola-pola yang rumit yang dilakukan secara terus-menerus sehingga menghasilkan sebuah tatahan yang rapi dan indah, yang kemudian dilanjutkan dengan teknik menyungging yang merupakan teknik mewarnai sesuai dengan pola wayang yang dibuat.

Pembuatan wayang ini memerlukan keuletan dan ketelatenan yang tinggi karena memerlukan pola pahatan dan pewarnaan yang unik untuk tiap jenis wayang yang dibuat, demikian diungkapkan Ki Joko Susilo. Setelah semuanya siap masih ada tahap lain yaitu pembuatan tulang untuk wayang-wayang yang sudah jadi.

Bahan yang sekarang sering digunakan adalah dari bahan bambu karena kuat dan ringan serta mudah untuk didapatkan, sebelumnya menggunakan kayu atau tanduk kerbau, namun saat ini susah didapatkan bahan tersebut.
Baca juga: Wayang Orang akan berkeliling di pinggiran Jerman
Baca juga: Seni lukis wayang kaca Buleleng diusulkan jadi warisan budaya nasional


Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019