Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijn mengatakan ia telah lama mengenai BJ Habibie sebagai pelopor dan pembawa inspirasi kepada masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang teknologi. 

“Rasa cinta terhadap negaranya terlihat dalam kerja keras untuk mengenalkan berbagai ilmu dan teknologi yang telah dia ciptakan. Tentunya beliau adalah tokoh yang memiliki peran besar dalam industri teknologi Indonesia, yang didasarkan dengan cintanya terhadap negara ini. Itu yang saya sukai dari beliau,” kata Grijns, saat dijumpai usai prosesi pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis.

Duta besar, yang akan segera menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Joko Widodo itu, juga mengenang Habibie sebagai sosok yang penuh cinta, seperti yang diungkapkan putra pertama presiden ke-3 RI itu, Ilham Akbar Habibie, yang menyampaikan pidato dalam prosesi pemakaman.

“Seperti yang diungkapkan anak almarhum dalam pidato, Habibie adalah sosok penuh cinta. Cinta kepada keluarga, istri, dan juga kepada negara. Itu adalah kenangan indah yang dia tinggalkan,” kata Grijns, merujuk pada
 
Lambert Grijns adalah duta besar baru untuk Indonesia yang ditunjuk untuk meneruskan jejak langkah pendahulunya, Rob Swartbol.

Baca juga: Dubes Belanda gunakan momentum King's Day untuk berpamitan

Melalu cuitan di akun Twitter resminya, @LambertGrijns, Grijns mengatakan telah menyerahkan salinan surat kepercayaan kepada Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri.

Presiden RI ke-3 BJ Habibie wafat pada usia 83 tahun di Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto pada Rabu (11/9), pukul 18.05 WIB.

Selain Dubes Belanda, tampak sejumlah duta besar dari negara-negara sahabat hadir pada prosesi pemakaman BJ Habibie, antara lain Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, dan Mozambik.


Baca juga: Wadubes Jerman sampaikan belasungkawa saat melayat BJ Habibie

Baca juga: Dubes Rusia: BJ Habibie tokoh yang sangat dikenal di Rusia


 

BJ Habibie Wafat - 5 kali berjuang lawan sakit sebelum menghadap Sang Kuasa

 

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019