Ambon (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku menetapkan masa tanggap darurat bencana selama 14 hari menyusul gempa bermagnitudo 6,5 yang mengguncang Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (SBB) pada Kamis (26/9).

"Masa tanggap darurat dimulai sejak terjadi gempa pada 26 September hingga 9 Oktober 2019," kata Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy, di Ambon, Selasa.

Status tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 203 Tahun 2019 tentang Status Tanggap Darurat Bencana Provinsi Maluku.

Baca juga: Sumbangan BUMN untuk korban gempa Ambon capai Rp1,5 miliar

Masa tanggap darurat ini berlaku di tiga wilayah yang terdampak gempa yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (SBB).

Sebelumnya ketiga wilayah terdampak juga telah menetapkan status dengan durasi waktu yang sama.

Hingga memasuki hari ke-enam pascagempa tercatat 31 orang meninggal dunia. Tambahan satu korban meninggal diidentifikasi di kabupaten SBB.

Sedangkan jumlah korban luka-luka tercatat 179 orang yakni 31 orang di Kota Ambon, 30 orang di SBB dan Maluku Tengah 118 orang.

Farida mengatakan, jumlah warga yang mengungsi di berbagai tempat berdasarkan pendataan sementara yang dilakukan tim Tagana Reaksi Cepat (TRC) di tiga daerah terdampak tercatat 136.030 jiwa.

Baca juga: Ahli: Gempa Ambon berbeda dengan yang pernah terjadi sebelumnya

Sebagian besar adalah warga yang rumahnya tidak rusak atau masih layak ditempati, tetapi masih merasa trauma dan takut akan gempa untuk kembali ke rumah.

"Kebanyakan warga yang mengungsi akan kembali beraktivitas di rumah masing-masing pada pagi hingga sore dan saat malam akan kembali ke lokasi pengungsian sementara," katanya.

Selain mengakibatkan korban jiwa, kerusakan infrastruktur dialami lintas sektor di tiga daerah terdampak. Di sektor permukiman tercatat rumah rusak mencapai 2.675 unit, bangunan kesehatan 2, pendidikan 46 unit, kantor pemerintah delapan unit dan tempat ibadah 25 unit.

Sementara itu, data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maluku mencatat hingga Selasa (1/10) pukul 09.00 WIT telah terjadi sebanyak 782 kali gempa susulan setelah gempa bermagnitudo 6,8 pada Kamis (26/9/2019) pukul 08.46 WIT.

Sebanyak 82 gempa di antaranya getaran dirasakan oleh warga. Hingga hari ke lima pascagempa tersebut, gempa susulan (aftershocks) yang terjadi kekuatannya terus mengecil mencapai magnitudo 2,6 hingga magnitudo 5,6.

Gempa utama yang terjadi pada Kamis (26/9) pagi dengan skala intensitas V hingga VI Modified Mercalli Intensity​​ (MMI) di Ambon, Haruku dan Kairatu dimutakhirkan menjadi magnitudo 6,5.

Baca juga: Warga korban gempa di Passo belum terima bantuan pemerintah
Baca juga: Mendikbud: Sekolah terdampak gempa Ambon masih layak
Baca juga: Mensos serahkan bantuan Rp1,3 miliar untuk korban gempa Ambon

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019