Jakarta (ANTARA) - Dalam memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September ini, para petani berharap agar produktivitas kopi di Indonesia dapat ditingkatkan, sehingga harganya dapat bersaing di pasar internasional.

Salah satu petani kopi di Cianjur, Jawa Barat, Tosca Santoso, mengatakan produktivitas kopi dari pekebun rakyat di Indonesia umumnya hanya berkisar 700-800 kilogram per hektare, sementara negara tetangga seperti Vietnam sudah mencapai 2 ton per hektare.

"Kopi kita semakin tidak bersaing karena produktivitasnya rendah. Kebun-kebun kita lahannya sempit, hasil dari pertaniannya tidak maksimal, bibitnya tua, jadi kita makin kalah bersaing di internasional," kata Tosca saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Tosca dan para pekebun kopi lainnya di Cianjur berharap agar potensi konsumsi dalam negeri dapat ditingkatkan, meskipun harga kopi di pasar global belum mampu menyaingi Vietnam dan Brazil.

Baca juga: Produktivitas petani kopi Sumatera Selatan masih rendah

Konsumsi kopi di Indonesia memang tercatat tumbuh setiap tahunnya, yakni pada 2016 sebanyak 250.000 ton, kemudian meningkat menjadi 335.000 ton pada tahun 2019, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM.

Sementara itu pada tahun ini, konsumsi kopi diprediksi akan mencapai 353.000 ton. Konsumsi kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22 persen per tahun.

Di sisi lain, ekspor kopi Indonesia juga terbilang cukup besar, yakni mencapai 53.900 ton pada 2019. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan 2018 sebesar 493.400 ton, berdasarkan data Kemenko Perekonomian.

Baca juga: BMKG: SLI kopi-kakao diharapkan dukung peningkatan produktivitas

"Produksi kopi kita masih di atas 700.000 ton. Konsumsi dalam negeri ini masih sisa banyak, makanya banyak diekspor tapi harganya murah. Oleh karena itu, lebih baik dikembangkan di pasar domestik," kata dia.

Ada pun salah satu dukungan untuk meningkatkan produktivitas kopi, melalui bantuan subsidi pupuk. Namun, saat ini Pemerintah, yakni Kementerian Pertanian memprioritaskan subsidi pupuk untuk tanaman pangan.
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020