budaya juga merupakan perilaku
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam Bincang Budaya Gebyar Nusantara IPB University 2020 mendefinisikan berbagai macam arti budaya termasuk toleransi yang dinilai merupakan suatu budaya.

"Budaya tidak hanya sekadar batik, tidak hanya sekedar tari. Tapi budaya juga merupakan perilaku. Menghormati orang tua, tidak baperan, tidak ngamukan (gampang marah) itu juga budaya. Toleransi juga suatu budaya,” ujar Ganjar dalam webinar Gebyar Nusantara yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University, Bogor, melalui siaran pers yang diterima ANTARA, Selasa.

Gebyar Nusantara merupakan rangkaian acara kebudayaan terbesar di IPB University yang dilaksanakan oleh BEM KM. Bincang Budaya sendiri merupakan salah satu rangkaian dari Gebyar Nusantara berupa bincang-bincang interaktif.

Baca juga: Batik mengandung nilai budaya yang tidak dimiliki bangsa lain

Dalam acara bincang-bincang itu Ganjar menekankan bahwa toleransi juga merupakan suatu budaya. Menurut dia, jika manusia bisa melakukan budaya tersebut, maka relasi sosialnya akan baik.

Dan jika sudah berbudaya, komunikasi baik, saling menghormati maka ia memastikan bahwa kebahagiaan dalam berbudaya akan datang.

Sementara itu, dalam Bincang Budaya yang bertajuk ‘Cantik itu Relatif?’ tersebut Maestro Tari Indonesia, Didik Nini Thowok mengatakan bahwa tarian Indonesia, yang juga bagian dari budaya, memiliki kecantikannya masing-masing.

“Semua tarian Indonesia memiliki kecantikan masing-masing. Kalian harus mempelajari budaya kalian masing-masing dengan filosofi di balik itu dengan segala pernik-pernik dan arti sejarah yang ada sehingga kalian tidak hanya menguasai kulit saja,” ujar Didik yang juga Pemilik Sanggar Tari Nadya Lakshita.

Baca juga: Tokoh: Syair Tari Perang Nias berisi nilai solidaritas

Didik mengajak para peserta webinar untuk selalu mulai berlatih dan menunjukkan budaya, khususnya tari-tarian Indonesia dengan kualitas nomor satu. Meski bukan artis atau penari profesional, mahasiswa seharusnya juga mampu menampilkan tarian nasional.

Ia juga mengajak mahasiswa untuk menunjukkan keberagaman Indonesia yang sangat luar biasa di mata bangsa lain.

Adapun narasumber lain dalam acara itu, Ketua Umum Sobat Budaya Nicky Ria Azizman menyebutkan bahwa sejak 2007, tercatat ada sekitar 60.000 budaya di Indonesia.

Ia mengatakan bahwa jumlah itu masih berpeluang untuk bertambah lagi. Ia juga menyampaikan bahwa setidaknya ada 35.000 kuliner yang terdaftar di perpustakaan digital budaya Indonesia.

Baca juga: Akademisi: Pancasila sakti dengan interpretasi nilai budaya

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University Dr Drajat Martianto mengatakan bahwa pertanian juga merupakan produk budaya.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa warna-warni budaya Indonesia bisa terlihat di IPB University. Pasalnya, setiap tahunnya IPB University menerima mahasiswa baru sekitar 4.000 mahasiswa program sarjana, sekitar 2.000 mahasiswa vokasi, lalu sekitar 2.000 mahasiswa pascasarjana. Para mahasiswa baru tersebut merupakan anak bangsa yang berasal dari seluruh Indonesia

“Tahun ini mahasiswa IPB University berasal dari 33 provinsi dengan lebih dari 450 kabupaten/kota. Hanya dari provinsi Kalimantan Utara yang tidak terisi,” kata Drajat.

Ia menyampaikan bahwa IPB University tidak ingin kehilangan momentum agar mahasiswa baru yang sedang di masa transisi tidak kehilangan identitas budayanya.

Baca juga: Menko PMK dapatkan paparan nilai budaya masyarakat Buton "Polima"

Oleh karena itu, IPB University mewajibkan setiap mahasiswa baru di tahun pertamanya untuk menetap di asrama yang menyediakam program pembelajaran multi budaya.

Kehadiran program wajib asrama di IPB University itu menumbuhkan sifat positif dalam berbudaya seperti sikap saling menghargai satu sama lain meski berbeda asal, budaya, agama, ras dan suku.

“Kami menginginkan, disamping belajar, mahasiswa IPB University juga belajar mengembangkan teknologi, mengembangkan budaya daerahnya masing-masing,” demikian kata Drajat.

Baca juga: Festival Sarung Indonesia salah satu langkah kembalikan nilai budaya
Baca juga: Film "Horas Amang" angkat budaya Batak dengan nilai universal

Pewarta: Katriana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020