kita juga harus memperhatikan tingkat keselamatan PLTN
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro mengatakan riset terkait persiapan introduksi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tetap harus dilanjutkan karena energi nuklir bukan menunggu untuk dipakai setelah semua sumber energi lain tidak ada lagi.

"Meskipun dalam Kebijakan Energi Nasional tersebut disebut sebagai pilihan terakhir, namun bukan berarti bahwa energi nuklir hanya akan dipakai setelah sumber energi lain tidak ada lagi," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang dalam pembukaan Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2020 yang diadakan secara virtual, Jakarta, Rabu.

Menristek Bambang menuturkan energi nuklir akan dipertimbangkan untuk dapat dipakai dalam mendukung ketahanan energi Indonesia jika berbagai kondisi telah memungkinkan diantaranya masalah keamanan pasokan energi dalam skala besar, memenuhi persyaratan keselamatan, dan mengurangi emisi karbon, memenuhi nilai keekonomiannya.

Baca juga: Pakar nilai PLTN layak masuk RUU Energi Baru dan Terbarukan

Oleh karena itu, Menristek Bambang mengatakan persiapan introduksi PLTN tetap harus dilanjutkan dengan beberapa hal antara lain menyelesaikan studi kelayakan sesuai dengan yang tercakup dalam Proritas Riset Nasional, melanjutkan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) dan inovasi teknologi nuklir untuk penguasaan teknologi terkini khususnya teknologi yang berpotensi diterapkan di Indonesia ketika menjawab isu yang menjadi pertimbangan Kebijakan Energi Nasional dan perhatian publik terutama terkait keselamatan dan keamanan nuklir.

"Kita juga harus memperhatikan tingkat keselamatan PLTN," tutur Kepala Badan Riset dan inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro.

Selain terkait penguasaan teknologi, aspek keselamatan dan keamanan dari pengembangan PLTN, beberapa hal yang juga perlu diperhatikan adalah melakukan kajian keekonomian PLTN agar harga listrik dari PLTN tetap kompetitif, kesiapan sumber daya manusia (SDM), serta keterlibatan seluruh pemangku kepentingan sehingga tingkat penerimaan terhadap PLTN terus meningkat.

Pemerintah Indonesia dalam Kebijakan Energi Nasional telah memberikan prioritas dan peningkatan peran dari energi baru terbarukan terhadap bauran energi nasional di mana ingin dicapai pada 2050 kontribusi energi baru terbarukan minimal 31 persen, dan dalam hal ini nuklir merupakan energi baru yang tidak boleh dikesampingkan.

Baca juga: Akademisi: PLTN dapat dibangun untuk dukung pusat ekonomi baru

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Anhar Riza Antariksawan mengatakan kajian penelitian terkait pengembangan PLTN perlu dipersiapkan sehingga pada saatnya Indonesia memutuskan membangun PLTN, maka penguasaan teknologinya harus sudah lebih siap untuk diimplementasikan.

Anhar menuturkan pada 2045 Indonesia diharapkan sudah mempunyai satu sistem energi bersih yang terdiri dari energi baru terbarukan.

Energi baru terbarukan penting untuk dikembangkan untuk mendukung komitmen Indonesia termasuk dalam pengurangan emisi karbon.

"Sinergi antara energi baru dalam hal ini nuklir dan energi terbarukan yang bermacam-macam ini harus berlangsung,"ujar Anhar.

Anhar menuturkan reaktor modular kecil atau reaktor nuklir mikro (small modular reactor) dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya lebih terjangkau dari sisi ekonomi, biaya investasi akan lebih rendah, serta bisa dibangun paralel di pabrik yang kemudian dirakit atau dipasang di tapak sehingga waktu konstruksi bisa lebih singkat.

Baca juga: Peneliti: PLTN jangan jadi alternatif terakhir sumber energi
Baca juga: Akademisi: PLTN bisa masuk dalam bauran energi Indonesia

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020