Kalianda, Lampung Selatan (ANTARA News) - Ratusan unggas milik sejumlah warga di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mati mendadak diduga akibat serangan virus flu burung.

Menurut keterangan warga Desa Kertosari, Kecamatan Tanjungsari, Tarmin, Sabtu, serangan virus flu burung tersebut terjadi sejak beberapa hari terakhir ini.

Jumlah unggas yang mati mendadak mencapai ratusan ekor milik sejumlah warga di desa itu, katanya.

Dia mengatakan, ratusan unggas jenis ayam kampung tersebut mulai terserang hanya dalam hitungan hari saja.

Ia menjelaskan, ciri-ciri unggas yang mati tersebut sama dengan unggas yang terserang flu burung yakni jengger berwarna kebiruan, mengeluarkan cairan jernih hingga kental dari rongga mulut dan pendarahan yang rata pada kaki unggas berupa bintik-bintik merah.

"Sebagian unggas yang sakit pasti mati dalam semalam tanpa terkecuali," kata dia.

Para warga sendiri, kata dia, belum mengetahui apakah serangan tersebut merupakan serangan flu burung atau bukan, karena hingga saat ini Dinas Peternakan setempat belum ada yang memeriksa atau melakukan uji cepat atau "rapid test" terhadap unggas-unggas milik warga tersebut.

Hal senada juga dikatakan oleh warga di lokasi serangan yang sama, Handoyo.

Dia mengatakan, serangan penyakt unggas tersebut telah terjadi dalam beberapa hari ini dengan kematian unggas mencapai puluhan ekor dalam semalam.

Dia mengatakan, sejumlah bangkai-bangkai ayam tersebut dibuang di sungai tanpa mengatahui dan memperdulikan bahaya penularan terhadap manusia.

Hingga saat ini, kata dia, Dinas Peternakan setempat belum turun untuk melakukan uji cepat atau "rapid test " karena bertepatan dengan Lebaran.

"Kami harap Dinas Peternakan segera menindakanjutinya sebelum menular terhadap manusia," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Selatan tidak dapat dihubungi meskipun telepon genggamnya dalam kondisi aktif untuk dikonfirmasi masalah serangan unggas ini.  (ANT-048/K004) 

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010