Samarinda, (ANTARA News) - Budi-daya ratusan jenis anggrek --371 termasuk spesies langka-- di Kaltim hingga kini masih terkendala pada sumber daya manusia (SDM), khususnya mereka yang mampu melakukan upaya pengembangan jenis dari alam baik melalui biji maupun kultur jaringan. "Di sisi lain, terjadinya degradasi hutan dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir mengancam kelestarian anggrek jenis langka ini," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, Purwanto, di Samarinda, Rabu (12/4) terkait pengembangan tumbuhan langka di daerah itu. Selain ancaman kerusakan hutan, diakuinya bahwa persoalan SDM jadi hambatan dalam upaya pelestariannya. Hal itu terjadi karena keterbatasan SDM dalam upaya membudidayakan ratusan jenis anggrek yang sebagian langka. "Perlu langkah untuk memperbanyak jenis ini khususnya bukan hanya berkembang secara alami, namun dibudidayakan," katanya. Berdasarkan data pihaknya terdapat 371 spesies anggrek langka yang perlu upaya pelestarian baik budi-daya biji maupun kultur jaringan. "Terus terang pihak kami sendiri belum mampu memperbanyak sejumlah anggrek alam dengan kultur jaringan, karena SDM untuk itu masih sangat terbatas," kata Purwanto. Padahal, kata Poerwanto akibat degradasi hutan yang begitu cepat di Kaltim mengancam kelestarian berbagai jenis anggrek di daerah itu. Sementara itu, belum banyak daerah atau perorangan yang memperhatikan pelestarian tumbuhan yang banyak digemari kalangan menengah ke atas ini. Salah satu anggrek asal Kaltim yang harganya sangat mahal, yakni anggrek bulan raksasa (Phaloenopsis gigantea) yang harganya mencapai Rp3 juta/rumpun yang berasal dari alam. Sementara itu, dari hasil budi-daya untuk anggrek sejenis harganya sekitar Rp1,5 juta setiap rumpun. "Celakanya budidaya jenis anggrek langka itu dilakukan oleh pengusaha anggrek dari Bandung dan Kaltim sendiri belum mampu untuk itu," katanya. Dengan keterbatasan itu, salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan Universitas Mulawarman Samarinda dan sejumlah lembaga penelitian guna menciptakan SDM yang mampu memperbanyak spesies anggrek di daerah itu. "Sayangnya kerjasama itu hingga kini belum mencapai hasil yang memuaskan. Terkait persoalan itu kini bekerjasama dengan pengusaha anggrek dari Bandung," ujar Purwanto. Purwanto juga menilai perhatian sejumlah kabupaten/kota terhadap pelestarian anggrek di Kaltim masih rendah, karena banyak kawasan hutan yang berpotensi terdapat berbagai jenis anggrek belum mendapat perlindungan maksimal. Taman Kersik Luwai Kurangnya keperdulian itu, di Kaltim hanya satu kawasan tempat perlindungan anggrekm yakni Taman Anggrek Kersik Luwai, Kutai Barat yang memiliki kawasan terluas untuk spesies anggrek hitam. Sementara itu, Distan Kaltim juga membantu sejumlah penangkar anggrek perorangan yang jumlahnya masih minim, yakni hanya tiga orang yang tercatat, yaitu di Kutai Barat, Kutai Timur dan Nunukan. Selain itu Distan Kaltim juga berupaya mengumpulkan berbagai jenis anggrek alam di daerah itu untuk dipelihara dan mencoba membudidayakannya di Taman Agrowisata Batuah. "Kita berharap peran kabupaten/kota untuk ikut melestarikan keberadaan anggrek di daerah ini. Anggrek langka merupakan potensi yang berharga serta bisa menjadi peluang pengembangan bisnis mengingat beberapa jenis harganya sangat mahal," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006