Malang (ANTARA News) - Sebanyak 1.600 nelayan di pesisir Pantai Sendangbiru, Tamban dan Tambakrejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mendapatkan bantuan berupa sembako karena tidak dapat melaut akibat cuaca buruk.

"Bantuan sembako untuk nelayan tersebut sudah kami berikan sejak bulan puasa dan secara berkala memang kita pasok lagi untuk memenuhi kebutuhan selama beberapa hari ke depan," kata Bupati Malang Rendra Kresna, Jumat.

Rendra mengatakan setiap tahun pemkab memberikan bantuan kepada nelayan yang tidak dapat melaut akibat cuaca buruk selama berbulan-bulan.

Selain sembako, pemkab juga memberikan bantuan seperti pembuatan rumpon maupun peralatan mencari ikan yang dapat digunakan saat mereka melaut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perkanan (DKP) Kabupaten Malang Wahyu Hidayat, mengatakan sebagai antisipasi ketika tidak melaut, DKP memberikan pelatihan bagi nelayan seperti pengelolaan ikan menjadi abon, kerupuk, serta tepung ikan.

Sedangkan nelayan yang menjadi anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya, kata Wahyu, akan mendapatkan insentif sosial uang tunai sebesar Rp15 ribu hingga Rp30 ribu. Namun, pencairannya disesuaikan dengan kemampuan KUD, apakah diberikan per hari atau beberapa hari sekali.

Anggaran yang dikucurkan untuk insentif nelayan selama tidak melaut tersebut, lanjutnya, merupakan dana yang terkumpul dari hasil lelang ikan dan masuk pos bantuan sosial. Dana tersebut, tidak hanya digunakan utnuk insentif, tapi juga diberikan pada nelayan yang mengalami kecelakaan atau musibah lainnya.

Dari sekitar 3.200 nelayan yang ada di pesisir pantai selatan Malang, sebanyak 1.000 nelayan yang bergabung menjadi anggota KUD Mina Jaya.

"Kami berharap bantuan berupa sembako, insentif uang tunai maupun pelatihan keterampilan pengolahan ikan ini mampu menutup kebutuhan nelayan selama mereka tidak melaut, meski kondisi ini selalu berulang setiap tahun," ujarnya.

Menurut Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Karangploso, cuaca buruk atau gelombang laut yang cukup tinggi itu disebabkan tekanan udara di Asia lebih rendah dibanding di Australia, sehingga kecepatan angin menjadi lebih tinggi.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014