Makassar (ANTARA News) - Dari sekitar 700 lebih jenis anggrek langka yang terdapat di Sulawesi Selatan, sebanyak 80 persen di antaranya nyaris punah akibat pembakaran, pembalakan hutan secara besar-besaran dan ekspor bunga anggrek. Ketua Asosiasi Petani Anggrek (APA) Kabupaten Tana Toraja, Tampang Pongmasak saat mengkuti pameran anggrek di Makassar, Jumat, menuturkan bahwa keberlangsungan hidup anggrek akan benar-benar punah bila pemerintah dan masyarakat tidak berupaya melakukan penangkaran. Pasalnya, lanjut Tampang, sejumlah pendatang yang masuk ke wilayah Sulsel secara leluasa dapat menjelajah hutan-hutan yang dimiliki daerah ini dan mengambil anggrek tanpa seizin pemerintah kemudian dikirim ke luar pulau Sulawesi bahkan diekspor. Lelaki yang telah bergelut dalam budidaya anggrek selama bertahun-tahun ini mengarakan bahwa perhatian pemerintah terhadap kelestarian dan keberlangsungan habitat tanaman anggrek masih sangat kurang karena hingga saat ini pemerintah belum juga mengeluarkan suatu kebijakan guna melindungi anggrek-anggrek langka ini. Padahal anggrek-anggrek yang dilestarikannya ini memberikan manfaat yang cukup banyak kepada masyarakat, khususnya pada aspek perekonomian rakyat. Hal ini diakui pula dosen Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Murniati bahwa sejumlah anggrek spesies langka belum diproteksi dengan baik dan masih dapat dibeli secara bebas di Malino, Kabupaten Gowa, seperti grammatophyllum stafeliforum dan vanda celebica (anggrek daun jahe). Di Sulsel sendiri, lanjutnya, terdapat tiga jenis anggrek langka yakni dendrobium macrophyllum, phalenopsis amboinensis dan vanda celebica dan kini laboratorium kultur yang ada di Unhas sedang mencoba untuk mengembangkan spesies-spesies langka tersebut. Pameran yang digelar dua hari di halaman kediaman Gubernuran Sulsle di Makassar itu sangat kurang menampilkan anggrek langka misalnya coelegyne celebensis salah satu jenis anggrek khas Sulawesi. Anggrek itu merupakan tumbuhan anggrek epifit yang ditemukan di daerah ketinggian 400-500 meter dpl (dari permukaan laut) atau jenis grammatophyllum stafeliforum (anggrek tebu), vanda celebica (anggrek daun jahe). Anggrek yang menghiasi 17 stand dari kabupaten dan kota di Sulsel umumnya dihasilkan dari usaha budidaya di antaranya coelogyne sp (anggrek daun dua), cymbidium sp (anggrek kalung), dendrobium sp (anggrek anyaman), eria sp (anggrek merpati) dan phalaeopsis sp (anggrek bulan). Pameran anggrek ini dibuka Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) H Mufida Jusuf Kalla, isteri Wakil Presiden HM Jusuf Kalla sekaligus menyerahkan bantuan dua unit sepeda motor pintar yang dilengkapi perpustakaan keliling untuk masyarakat di Kabupaten Jeneponto dan Soppeng.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007