Pekanbaru (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tetap melanjutkan program imunisasi campak-rubella (Mealess Rubella/MR) meski sebagian warga masih mempertanyakan kehalalan vaksin yang digunakan untuk program tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru Zaini Rizaldi Saragih pada Senin mengatakan ribuan orangtua masih menolak anaknya diimunisasi MR, karenanya dinas melanjutkan imunisasi bagi anak-anak yang orangtuanya tidak mempermasalahkan vaksin produksi India yang digunakan dalam kampanye imunisasi MR.

Sebelum ada instruksi langsung dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau, ia menjelaskan, kampanye vaksinasi MR akan tetap dilanjutkan mengingat imunisasi itu sangat penting untuk mencegah penyakit campak dan rubella, serta kecacatan bawaan akibat rubella.

Ia menjelaskan pula bahwa sampai sekarang Dinas Kesehatan sudah melakukan imunisasi pada 21.358 anak.

Namun menurut laporan dari 21 Puskesmas di Pekanbaru sampai saat ini setidaknya ada 4.286 pelajar yang belum mendapat imunisasi karena orangtua mereka tidak mengizinkan.

Ia menambahkan penolakan warga paling banyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) Payung Sekaki, di mana ada 1.284 orang yang tidak diimunisasi karena orangtua mereka tidak setuju, disusul Puskesmas UPTD Harapan Raya (913).

"Kami akan terus melakukan vaksinasi kepada anak-anak yang memang telah diizinkan oleh orangtua mereka. Setidaknya hal ini akan terus kami lakukan sampai ada perintah langsung baik dari Kementerian Kesehatan maupun Pemprov Riau serta Pemko Pekanbaru," imbuhnya.

Zaini menyebut keberatan warga menerima imunisasi MR sebagai hal wajar karena vaksinasi MR tergolong baru, dan vaksin yang digunakan belum memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Kami hanya melakukan upaya untuk menyelamatkan kesehatan masyarakat. Kalau masih ada penolakan mau bagaimana lagi," katanya.

Baca juga: Riau tunda imunisasi MR bagi anak muslim
 

Pewarta: Fazar Muhardi, Retmon Bensal Putra
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018