Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto, mengatakan kritikan calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto bahwa sistem perekonomian yang diterapkan Indonesia saat ini sama dengan ekonomi kebodohan justru menunjukkan "kebodohan" berkampanye.

"Inilah contoh dari kebodohan itu sendiri. Capres negarawan seharusnya menyampaikan narasi positif untuk Indonesia Raya, bukan malah merendahkan martabat bangsa dan rakyatnya sendiri, dengan membodoh-bodohkan ekonomi bangsanya," kata Hasto dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, evaluasi kritis bahkan cenderung otopis yang dituduhkan oleh Prabowo bahwa sistem ekonomi Indonesia saat ini melebihi neo-liberal dan dikatakan ekonomi kebodohan hanyalah klaim sepihak tanpa dasar.

Hasto juga menilai calon Presiden nomor urut 02 ini seharusnya paham bahwa saat orde baru ekonomi kekuasaan ditopang oleh sistem otoriter.

"Dalam sistem itu mereka yang kritis dipenjara, bahkan diculik dan terkadang dimusnahkan. Ketika terjadi krisis, kedaulatan negara digadaikan melalui Letter of Intent IMF, dan Pak Prabowo memahami hal ini dan segala akibatnya tidak bisa cuci tangan," katanya.

Bahkan Hasto menyatakan pihaknya akan siap berdebat sekiranya yang disampaikan adalah konsepsi ekonomi Indonesia yang sesuai konstitusi yang selama ini terus diperjuangkan oleh Presiden Joko Widodo.

Hal ini diungkapkan Hasto menanggapi pidato Prabowo saat Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menyebut sistem perekonomian saat ini bukan lagi ekonomi ala neoliberal, tetapi lebih parah dari pada itu.

"Ini menurut saya bukan ekonomi neolib lagi, ini lebih parah dari neolib. Ini menurut saya ekonomi kebodohan. The economics of stupidity. Ini yang terjadi," kata Prabowo.

Prabowo juga menganggap konsep neoliberal baik saat Indonesia masih di bawah payung rezim Orde Baru atau saat dirinya masih menjadi tentara.

"Lihat saja yang kaya sedikit dulu, nanti lama-lama akan menetes ke bawah kekayaan itu. Trickle down katanya. Ternyata yang kaya tambah kaya. Enggak trickle trickle. Netesnya netes tik tik tik. Tidak turun," kata Prabowo.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018