Phnom Penh, Kamboja (ANTARA News)  - Duta Besar RI untuk Kamboja Sudirman Haseng mengungkapkan sebagian besar WNI di negara itu merupakan pekerja profesional. 

"Mereka pekerja profesional,  tidak ada masalah. Kalaupun ada, mudah diselesaikan dengan baik," kata Sudirman kepada Antara di sela acara Misi Penjualan 10 Destinasi Unggulan Indonesia di Hotel Raffles  le Royal Phnom Penh, Kamboja,  Jumat (12/10) malam. 

Ia menyebutkan saat ini jumlah WNI di Kamboja berdasar hasil pendaftaran Pemilu 2019 sebanyak sekitar 3.100 orang.  

"Kami perkirakan jumlah keseluruhan WNI di sini sekitar 3.500 orang," katanya. 

Ia menyebutkan untuk mempromosikan Indonesia di Kamboja,  KBRI Phnom Penh membuka sekolah bahasa Indonesia dengan peserta dari warga Kamboja. 

"Banyak yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Ada sekolah bahasa Indonesia di sini,  bahkan sekarang ada 2-3 universitas universitas yang berminat buka lagi jurusan bahasa Indonesia. Mereka meminta ada program bahasa Indonesia di kampusnya," katanya. 

Menurut dia,  adanya program bahasa Indonesia secara tidak langsung merupakan promosi Indonesia di Kamboja. 

"Secara tidak langsung merupaka. promosi karena kalau sudah tahu bahasa Indonesia, budaya Indonesia, pasti kepingin ke sana. Jadi wisatawan dari sini sangat potensial," katanya. 

Dari sisi hubungan kenegaraan, katanya, tidak ada hambatan, tinggal memanfaatkan saja kelancaran dan kekuatan hubungan kedua negara dengan sebaik-baiknya. 

Menurut dia,  saat ini warga Kamboja juga sudah memiliki keinginan untuk mencoba keluar negeri seperti mencoba kuliner di negara lain.

"Kita di Indonesia juga punya banyak variasi kuliner yang bisa ditawarkan kepada wisatawan dari Kamboja," katanya. 

Selain kuliner,  lanjut dia,  warga Kamboja sekarang juga lagi tren wisata bulan madu  dan prawedding. Mereka sekarang banyak mencari pesawat carter untuk ke Indonesia, terutama Bali. 

Ia menyebutkan neraca perdagangan RI-Kamboja saat ini surplus untuk Indonesia.  Nilai ekspor Indonesia ke Kamboja mencapai sekitar 500 juta dolar AS,  sementara nilai ekspor Kamboja ke Indonesia tidak lebih dari 50 juta dolar AS. 

"Investor kita di sinibjuga cukup banyak meliputi bidang farmasi,  produk konsumsi,  properti dan jasa hiburan, " katanya. 

Menurut dia,  perekonomian Kamboja cukup prospektif dengan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa  tahun terakhir mencapai tujuh persen. 

"Mereka memberikan fasilitas dan kemudahan kepada pemodal asing yang investasi di sini. Ini menjadi incaran banyak sejumlah negara seperti China yang banyak duitnya," katanya. 

Menurut dia,  penggunaan mata uang lokal riel dan dolar AS secara bersamaan juga mendorong perkembangan ekonomi Kamboja. 

"Penggunaan mata uang dolar AS  dan lokal sama saja, tidak sulit melakukan transaksi di sini," kata Sudirman Haseng. 

Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018