Jakarta (ANTARA News) - Meski ajang Asian Para Games telah usai, kesan para pelajar terhadap ajang empat tahun sekali untuk para atlet penyandang disabilitas itu begitu melekat.

Beberapa sekolah memang diimbau Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk mengajak siswanya ke beberapa venue pertandingan.

Salah satu sekolah yang hadir dalam kegiatan tersebut adala SMP 140 yang berada di Sunter Agung, Tanjung Priok Jakarta Utara.

Sebanyak 25 siswa didampingi seorang guru, pergi ke pertandingan tenis meja yang digelar di Ecovention Ancol, Jakarta.

Bagi Putri Khairani yang sedang duduk di kelas VII, ini adalah kali pertama dia menonton multievent olahraga. Apalagi para atletnya adalah penyandang disabilitas.

"Waktu pertama kali guru menjelaskan tentang apa itu para games aku kaget. Baru tahu ternyata ada olahraga khusus penyandan disabilitas," kata dia.

Dia mengaku tak menyangka bahwa penyandang disabilitas memiliki kompetisi olahraga tersendiri dan mereka dapat berlaga layaknya manusia normal.

Selama ini dia mengira penyandang disabilitas adalah orang yang tak berdaya dan perlu dibantu untuk melakukan kegiatan apa pun.

"Pertandingan ini mengubah pikiran aku, kita tidak dapat memandang rendah penyandang disabilitas karena mereka bisa berbuat sesuatu yang lebih," kata dia.

Teman sekelasnya Aura Abidah juga merasakan hal yang sama, selam ini dia selalu menganggap penyandang disabilitas adalah orang yang tak mampu berbuat apa pun.

Namun setelah datang melihat Asian Para Games dia merasa tak dapat memandang remeh lagi penyandang disabilitas.

Menurut dia meski penyandang disabilitas, semua orang dapat menjadi apa pun yang mereka mau.

"Selama ini aku melihat penyandang disabilitas tidak bisa berbuat apa-apa, karena bagian tubuh mereka ada yang kurang, tetapi setelah melihat ini ternyata orang disabilitas bisa menjadi atlet," kata dia.

Sementara itu Saskia Ah-zara juga merasa terkesan dengan penampilan atlet penyandang disabilitas di Asian Para Games.

Dia yang pernah datang ke ajang Asian Games 2018 di Jakarta, merasa Asian Para Games 2018 lebih menarik.

"Aku pernah datang ke Asian Games sama orang tuaku menonton bulu tangkis, tetapi menurut aku lebih seru Asian Para Games karena yang bertanding adalah orang-orang penyandang disabilitas," kata dia.

Pada pertandingan tenis meja di Asian Para Games dia sangat kagum melihat para atlet yang tidak  empunyai tangan sempurna tetapi masih bermain tens meja.

"Sebelumnya aku tidak pernah melihat orang penyandang disabilitas main tenis meja. Aku merasa kagum ada orang yang tidak sempurna tetapi bisa bermain tenis meja," kata dia.

Tak hanya siswa SMP 140 saja yang mengalami kesan mendalam terhadap Asian Para Games, siswa SMK 23 Jakarta pun memiliki pengalaman yang sama.

Kebetulan saat itu mereka sedang pelajaran olahraga, dengan pakaian seragam olahraga bewarna putih-oranye, mereka hadir ke venue tenis meja.

Julian Chelsea, siswi jurusan akutansi senang dapat hadir dan mendukung para atlet Indonesia pada ajang Asian Para Games.

Dia yang datang bersama 23 teman sekelasnya sebelumnya telah mengetahui bahwa ada ajang khusus penyandang disabilitas.

Sebenarnya saat menyaksikan pertandingan dia tidak terlalu paham tentang jenis-jenis disanilitas setiap atlet  namun dia dan teman-temannya selalu menyemangati atlet Indonesia mana pun yang sedang bertanding.

"Aku senang bisa mendukung bangsa kita, kamk datang untuk menyemangati agar para atlet lebih termotivasi untuk menang," kata perempuan berusia 16 tahun tersebut. 

Dia sangat salut kepada para atlet karena meski kekurangan para atlet tetap dapat memberikan performa terabaik untuk bangsa Indonesia.

Dia pun terheran-heran ada atlet yang bertanding di kursi roda, karena selama ini untuk melakukan olahraga perlu tubuh yang sempurna.

"Aku enggak pernah terbayang ada atlet di kursi roda, apalahi bermain tenis meja yang harus ke sana dan ke sini tetapi ternyata bisa," kata dia.

Sementara itu siswa kelaa XI Irlanda Fauzan merasa bangga para atlet penyandang disabilitas dapat mewujudkan cita-citanya meski dalam kondisi yang terbatas.

"Kita tidak boleh memnadang fisik seseorang, mereka para atlet sangat gigih dan bisa mengharumkan bangsa Indonesia," kata dia.

Guru olahraga SMK 28 Sigit Maulana yang mendampingi para siswa mengatakan ajang Asian Para Games menjadi suatu pembelajaran bagi siswa bahwa ada beragam kompetisi olahraga bahkan untuk penyandang disabilitas.

Dia mengatakan saat anak-anak diajak melihat pertandingan, banyak pertanyaan yang timbul, seperti bagaimana cara atlet dapat bertanding dengan kekurangannya.

Para siswa juga diminta untuk mendukung setiap atlet yang bertanding.

Dia pun mengimbau para siswa jika sedang menonton Asian Para Games tidak bole tertawa jika melihat atlet yang memiliki kondisi fisik yang berbeda dari orang normal.

"Kami mengajarkan bahwa Tuhan memberikan manusia bentuk yang berbeda-beda, tidak semuanya sempurna. Kita harus mengharhai manusia baik penyandang disabilitas maupun yang normal. Karena semua manusia memiliki hak yang sama untuk menggapai cita-citanya," kata dia.
 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018