Surabaya (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kota Surabaya mengadakan renungan bersama terkait dengan menguatnya politik identitas dan kegaduhan-kegaduhan politik yang berlandaskan suku dan agama selama 2 tahun terakhir ini.

"Tentu hal ini tidak bagus bagi pendidikan politik bagi rakyat Indonesia dan bisa menjadi ancaman eksistensi NKRI sebagai sebuah bangsa yang masyarakatnya sangat beragam," kata Ketua Panitia HUT Ke-54 Partai Golkar Kota Surabaya Arif Fathoni kepada Antara di Surabaya, Jumat.

Oleh karena itu, pihaknya mengadakan renungan bersama yang dihadiri pengurus dan kader Partai Golkar di Kantor DPD II Partai Golkar Kota Surabaya, Jalan Adityawarman, nanti malam (26/10).

Menurut dia, kontestasi Pemilu 2019 seharusnya disambut dengan sukacita karena ini pesta demokrasi, bukan dengan cara-cara yang justru bisa membuat sesama anak bangsa teradu domba.

"Kami punya kewajiban moral untuk mengingatkan semua elemen bangsa untuk menyudahi segala kegaduhan ini. Pemilu hanyalah proses lima tahunan yang telah disepakati sebagai sistem alternatif saat itu," katanya.

Jika kondisi ini dibiarkan, menurut dia, demokrasi yang menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia akan membawa bangsa ini ke jurang perpecahan.

Wakil Ketua DPD Partai Golkar Kota Surabaya ini mengatakan bahwa pelaksanaan HUT Partai Golkar pada tahun ini dalam suasana kesederhanaan. Hal ini mengingat bangsa ini sedang mengalami berbagai ujian, seperti bencana gempa dan tsunami di Lombok, Palu, dan Donggala.

"Karena bangsa Indonesia sedang berduka, sebagai partai yang berjuang bersama rakyat, memahami kepedihan ini dengan menggelar kegiatan yang sederhana," katanya.

Meski HUT kali ini berlangsung pada masa kampanye, katanya lagi, ada renungan bersama yang dihadiri semua ketua pimpinan kecamatan dan kelurahan sekaligus doa bersama.

"Mendoakan saudara-saudara kita yang mengalami musibah bencana alam agar tetap tabah dan bangkit kembali," ujarnya.


Sumpah Pemuda

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Kota Surabaya Blegur Prijanggono mengatakan bahwa pada momen Sumpah Pemuda 2018, pihaknya berharap semua elite politik memiliki kesadaran untuk membuat situasi politik menjadi teduh dan menurunkan pernyataan-pernyataan yang membuat tensi politik menjadi memanas.

"Pada tahun 1928, telah terjadi konsensus nasional bahwa adanya kesadaran sebagai sebuah bangsa, yakni lahirnya Sumpah Pemuda yang menegaskan soal satu bahasa satu tanah air dan satu bangsa Indonesia," katanya.

Oleh sebab itu, dia menginstruksikan seluruh calon anggota DPRD Kota Surabaya dari Partai Golkar untuk tidak menggunakan cara-cara kampanye negatif untuk meraih tujuan politiknya.

Selain itu, Blegur juga mengajak peran serta masyarakat secara penuh untuk mengingatkan tentang makna sumpah pemuda sehingga harmoni sosial masyarakat tetap terjaga.

"Terlalu mahal harga yang harus dibayar bangsa ini jika hanya karena urusan pemilu kita harus membenci satu sama lain. Apa pun pilihan politiknya, kita ini tetaplah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air Indonesia," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018