Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 70 persen kader dan calon anggota legislatif (caleg) Partai NasDem diisi anak muda sebagai upaya memperoleh suara dari kaum milenial di Pemilu 2019.
 
Ketua Bappilu Partai NasDem, Effendy Choirie di Jakarta, Selasa, menyatakan caleg yang diusung NasDem pada Pemilu 2019 juga didominasi anak muda lantaran pemilih NasDem memang banyak dari generasi muda.
 
"Caleg itu 70-an persen anak muda. Bahkan kalau di daerah mungkin sampai 90 persen. Yang tua-tua sudah enggak ada, sudah sedikit sekali. Seusia saya yang 55 tahun itu ya sudah sedikit. Pada umumnya yang muda. NasDem kan memang hasil survei peminat NasDem memang banyak yang muda" kata Gus Choi, sapaan Effendi Choirie. 
 
Pada umumnya, kata dia, generasi lama sudah mempunyai pilihan partai sehingga umumnya mereka tidak pindah-pindah partai. Karena itu, NasDem berupaya merangkul kaum muda bahkan yang belum pernah berpartai sekalipun.
 
"Karena ini banyak muda, maka di ABN (Akademi Bela Negara/Sekolah Kader NasDem) itu usianya yang ikut ABN itu usianya antara 23 tahun sampai 30 tahun. Bahkan banyak sekali yang belum pernah berpartai," katanya.
 
Menurut dia, anak muda yang belum pernah berpartai bisa didik lantaran masih murni atau belum terkontaminasi oleh tradisi partai-partai lama yang mungkin saja dicap buruk oleh sebagian masyarakat.
 
"Jadi masih suci bisa disiapkan menjadi calon pemimpin, digembleng terus-terusan," katanya.
 
Salah satu bukti keterlibatan anak muda adalah Muhammad Reza Syarifuddin Zaki. Saat ini Zaki berusia 29 tahun, merupakan ketua partai termuda di Sumedang dan juga ketua DPC NasDem termuda seluruh Indonesia.
 
Zaki memilih partai NasDem yang dilihatnya membuka keterlibatan anak-anak muda. Kesempatan anak muda untuk berkembang itu terbukti ketika Zaki terpilih menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang NasDem Kabupaten Sumedang.
 
"Sekarang di kepengurusan kami 50 persen lebih ialah anak-anak muda dan 38 persen ialah pengurus perempuan," papar Zaki yang merupakan calon legislatif DPR RI untuk daerah pemilihan Jawa Barat IX yang meliputi Sumedang, Majalengka dan Subang.
 
Kebijakan lain yang menurut Zaki dapat mendorong anak muda menjauhi korupsi ialah tidak adanya setoran dari anggota legislatif ke partai politik.
 
Di tempat terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Zuhad Aji Firmantoro mengatakan, tantangan dan cobaan partai politik di lima tahun ke depan akan semakin berat sehingga butuh figur pemimpin yang kuat.
 
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, diperlukan sistem yang baik dalam menghasilkan pemimpin muda yang berkualitas dan mempunyai kapasitas. Salah satu caranya dengan melakukan penguatan sistem pengkaderan partai politik secara kontinu dan berjenjang.   
 
"Untuk hasilkan pemimpin, maka perkuat sistem pengkaderannya," ujar Zuhad.
 
Setelah melakukan pengkaderan, partai politik tidak boleh membiarkan kader muda berjalan sendiri, tetapi harus dikawal dan diberikan ruang untuk bisa mengeluarkan potensi dirinya.
 
Zuhad mengapresiasi langkah yang dilakukan partai politik yang sedari awal melakukan pengkaderan seperti Partai NasDem yang merangkul anak muda dan mempersiapkannya sebagai calon pemimpin.
 
"Itu bagus sekali. Saya mendukung partai politik yang ingin menghasilkan calon pemimpin dengan pengkaderan," katanya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019