Kit Diagnostik ini dirancang untuk deteksi dini (early detection) dan deteksi non-dini penyakit DBD. Sehingga penyakit demam berdarah bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan alat ini
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penandatanganan kerja sama dengan PT Kimia Farma (Persero) dalam produksi dan komersialisasi Kit Rapid Test Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Kit Diagnostik ini dirancang untuk deteksi dini (early detection) dan deteksi non-dini penyakit DBD. Sehingga penyakit demam berdarah bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan alat ini," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangan pers yang diterima Antara, Jakarta, Senin (17/6).

Baca juga: BPPT dorong komersialiasi KIT Diagnostik demam berdarah dengue

Hammam mengatakan penandatanganan kerja sama itu sangat penting agar inovasi Kit DBD dapat segera di produksi massal, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan penanganan DBD.

"Kami menyadari bahwa hasil kajian dan inovasi teknologi BPPT tidak akan bisa sampai kepada pengguna dan masyarakat. Untuk itu kami gandeng industri dalam negeri dalam hal ini PT Kimia Farma yang siap produksi secara massal," tuturnya.

Ruang lingkup kerja sama BPPT dan PT Kimia Farma meliputi optimasi produksi bahan baku dan produk kit rapid test DBD, uji fungsi dan pengurusan ijin edar produk kit rapid test DBD, alih teknologi produksi bahan baku dan produk kit rapid test DBD, serta produksi dan komersialisasi produk kit rapid test DBD komersial.

Hammam berharap Kit Diagnostik DBD itu segera dapat diproduksi dan dikomersialisasikan untuk mempercepat deteksi dan tindakan penanganan demam berdarah di Indonesia.

"Selain itu kami juga berharap inovasi kit DBD ini menjadi bukti eksistensi teknologi BPPT dalam mendorong kemandirian dan daya saing industri kesehatan dalam negeri," tuturnya.

Kit rapid test tersebut berbasis teknik imunokromatografi dengan menggunakan anti–NS1 antibodi monoklonal yang dikembangkan oleh BPPT. Untuk deteksi menggunakan kit tersebut, diperlukan waktu 2-10 menit.

Beberapa keunggulan prototipe kit diagnostik itu adalah mampu mendeteksi dini infeksi DBD, menggunakan bahan baku antibodi monoklonal berdasarkan strain lokal Indonesia, hasil dapat diperoleh dengan relatif cepat serta penyimpanan tidak memerlukan pendingin.

Diharapkan pada akhir 2019, ijin edar produk sudah diperoleh dari Kementerian Kesehatan dan PT Kimia Farma sudah bisa meluncurkan produk perdana kit diagnostik ini.

Baca juga: Deteksi DBD mudah dengan kit diagnostik
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019