Mudah-mudahan dengan dibukanya ekspor melalui penerbangan langsung ini ekspor kerang akan terus meningkat
Pekanbaru (ANTARA) - Provinsi Riau berhasil membuka pintu ekspor kerang darah (Anadara granosa) ke Negeri Gajah Putih Thailand dengan volume mencapai empat ton setiap hari melalui jalur udara Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

"Mudah-mudahan dengan dibukanya ekspor melalui penerbangan langsung ini ekspor kerang akan terus meningkat," kata Kepala Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Pekanbaru Eko Sulistyanto kepada Antara di Pekanbaru, Senin.

Sebanyak empat ton kerang darah yang merupakan hasil budidaya nelayan Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau mulai diekspor ke Thailand setiap hari. Potensi nilai ekonomi ekspor tersebut mencapai Rp5,5 miliar setiap bulannya.

Sejatinya, Eko mengatakan kegiatan ekspor kerang darah ke Thailand mulai dilakukan sejak beberapa waktu terakhir. Namun, dia mengatakan pihaknya bersama dengan pemerintah dan pengusaha akan terus berupaya meningkatkan jumlah ekspor seiring komitmen pemerintah dalam mendukung peningkatan potensi sumber devisa tersebut.

Saat ini, baru ada dua perusahaan di Riau yang bergerak dalam kegiatan ekspor kerang ke Thailand. Kedua perusahaan itu milik masyarakat setempat yang berada di Pekanbaru. Sistem ekspor kerang itu sendiri diawali dengan pengiriman kerang hidup dari Rokan Hilir ke Pekanbaru untuk selanjutnya diterbangkan ke Thailand.

Ke depan, Eko mengatakan pengembangan ekspor kerang diharapkan tidak hanya ke satu negara melainkan sejumlah negara lainnya sehingga membantu peningkatan ekonomi nelayan Rokan Hilir.

Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution berharap ekspor kerang secara langsung melalui jalur udara menjadi tonggak awal Bumi Lancang Kuning sebagai penghasil dan eksportir komoditas ikan.

Ia mengatakan bahwa Riau memiliki sejarah penghasil komoditas ikan terbesar di dunia. Merujuk sejarah, ia menjelaskan bahwa Pelabuhan Bagansiapiapi, Rokan Hilir pernah mencapai kejayaan di era penjajahan Belanda silam atau sekitar 1930-an.

Pada masa itu kejayaan Bagansiapiapi mencapai puncak ketika produksi ikan mencapai 300.000 ton per tahun. Capaian itu menempatkan Bagansiapiapi menjadi pelabuhan dengan produksi ikan terbanyak dan teramai kedua di dunia setelah Norwegia.

"Kita sangat punya potensi. Dulu kan pernah Rokan Hilir jadi daerah eksportir ikan terbesar dunia. Sementara tadi kita lihat baru ada dua perusahaan. Makanya kita akan terus lakukan pembinaan. Potensi kita besar sekali," kata Edy.

Baca juga: Usaha budidaya kerang semakin diminati
Baca juga: Bangka Barat jadi kawasan budidaya kerang darah


Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019