Nunukan (ANTARA) - Penyakit yang mengancam budidaya rumput laut menyebabkan petani di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara khawatir dan resah.

Kamaruddin, seorang pembudidaya rumput laut di Kampung Mamolo Kabupaten Nunukan, Rabu, menuturkan penyakit yang melanda rumput petani di daerah itu semakin meresahkan.

Penyakit berupa warna putih pada batang rumput laut dapat menurunkan produksi atau hasil panen.

Menurut Kamaruddin, selama penyakit tersebut melanda perairan di daerah itu menyebabkan batang rumput laut patah-patah.

"Penyakit berbentuk warna putih pada batang rumput laut menyebabkan patah-patah sehingga dapat mengurangi hasil panen," ujar dia.

Baca juga: Penyakit "ice-ice" menyerang rumput laut petani
Namun sampai saat ini warna putih itu belum diketahui penyebabnya sehingga dibutuhkan adanya pemeriksaan laboratorium.

"Sebaiknya penyakit putih-putih ini diperiksa melalui laboratorium. Sampai sekarang kami masih dibingungkan apa penyebabnya," kata Kamaruddin.

Ia mengaku telah seringkali mengeluhkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kaltara maupun instansi terkait di Kabupaten Nunukan. Tetapi jawabannya sama dengan alasannya faktor alam.

Kamaruddin mensinyalir penyakit putih-putih pada batang rumput laut disebabkan oleh pencemaran air laut. Bisa dari bekas pembuangan limbah berupa bahan bakar atau pembuangan perusahaan tambang.

Menanggapi harapan soal pemeriksaan laboratorium terhadap penyakit, Bupati Nunukan, Asmin Laura Hafid mengatakan, keluhan petani rumput laut perlu menjadi perhatian bersama.

Alasannya, rumput laut telah mengangkat perekonomian masyarakat khususnya wilayah pesisir di tengah-tengah lesunya anggaran daerah.

Hanya saja perihal pengadaan laboratorium membutuhkan koordinasi lintas sektoral. Pada prinsipnya Pemkab Nunukan sangat mendukung apabila alat pemeriksa penyakit rumput laut bisa diadakan di daerah itu.
Baca juga: Rumput Laut Nusa Penida Terserang Penyakit Ice-Ice
Baca juga: Serangan Penyakit Ice-Ice Rugikan Petani Rumput Laut Rp20 Miliar

Pewarta: Rusman
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019