Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan Repositori Ilmiah Nasional (RIN) sebagai sistem pengelolaan data dan karya ilmiah secara nasional yang dibutuhkan untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas penelitian Indonesia.

"Sistem ini akan mengakomodasi berbagai karya ilmiah dan data primer dari LIPI dan hasil penelitian nasional yang merupakan aset penting dalam meningkatkan kualitas penelitian, sehingga harus tersedia dalam jangka panjang,” kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko dalam acara peluncuran RIN, Jakarta, Selasa.

RIN merupakan sistem yang dikembangkan PDDI LIPI untuk menyimpan karya ilmiah dan data primer dari hasil penelitian yang berguna sebagai sumber data untuk reproduksi penelitian dan penggunaan kembali data.

Melalui RIN, para peneliti dana akademisi selaku pemilik data memiliki otoritas penuh untuk menyimpan, mengakses, dan menyebarluaskan data penelitian baik secara terbuka maupun tertutup.

Dalam hal ini, PDDI bertindak sebagai penyedia sistem repositori ilmiah nasional bertindak sebagai fasilitator integrasi data penelitian di Indonesia.

Sebagaimana Undang-undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebutkan wajib serah dan simpan data ilmiah kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan kepada para peneliti dan akademisi. Untuk itu, RIN berfungsi untuk membantu pengelolaan data dan karya ilmiah yang lebih baik.

"LIPI berharap para pemilik data perlu memiliki kesadaran tinggi untuk menyimpan dan berbagi data penelitian untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional," tuturnya.

Pelaksana Tugas PDDI LIPI Hendro Subagyo mengatakan RIN dikembangkan dengan aplikasi Dataverse yang kini dapat diakses dalam jaringan (online) melalui http://rin.lipi.go.id/ dan https://data.lipi.go.id/.

Hendro menuturkan hingga Juli 2019, data di dalam aplikasi ini ada sekitar 283 Dataverses, 6552 Datasets, dan 15382 files. "Pengguna yang memanfaatkan sistem RIN sudah mencapai 63 afiliasi, yang terdiri dari lembaga litbang (penelitian dan pengembangan) dan perguruan tinggi," ujarnya.*

Baca juga: Mengukur peradaban bangsa di belantara Kalimantan

Baca juga: LIPI: tingkatkan kesiapsiagaan-tata ruang untuk hindari korban gempa

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019