Bali (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan capaian dana pandemi (pandemic fund) pada tahun ini menjadi bukti konkret G20 Bidang Kesehatan di tengah ketegangan geopolitik global.
"G20 untuk sebuah keputusan, harus mencapai konsensus 100 persen dari seluruh negara. Kondisi geopolitiknya memang tidak mudah saat ini, peluang mencapai konsensus ini memang sulit dalam kondisi seperti saat ini," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Konferensi Pers Joint Finance Health Ministers Meeting (JFHMM) di Bali, Sabtu (12/11) malam.
Konflik bersenjata di Rusia dan Ukraina berikut ketegangan antara negara-negara Barat dan Rusia, menurut dia, memicu ketegangan geopolitik dunia yang turut menyulitkan negara-negara mencapai titik temu/konsensus di berbagai forum internasional, termasuk pertemuan-pertemuan G20.
Oleh karena itu, Menteri Kesehatan RI menilai pandemic fund yang disepakati oleh seluruh negara anggota G20 sebagai keberhasilan karena situasi geopolitik dunia saat ini sangat sulit (extremely difficult).
Pada kenyataannya, kata Budi, G20 Bidang Kesehatan mampu merealisasikan dana pandemi yang dipersiapkan sebagai bekal pandemi pada masa depan.
Upaya Indonesia dalam menyikapi potensi pandemi berikutnya, kata Budi, dengan memprioritaskan pengembangan laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh provinsi untuk melakukan surveillance agar patogen, bakteri, virus, maupun parasit bisa diidentifikasi secara cepat.
Prioritas selanjutnya adalah mengajukan proposal yang berhubungan dengan pengembangan bioteknologi karena sejumlah penyakit yang berpotensi memicu pandemi lanjutan berasal dari organisme hidup.
Menurut Budi, upaya pengobatan terhadap pasien pada masa depan perlu berdasar pada ilmu pengetahuan bioteknologi, seperti vaksin berplatform mRNA.
"Investasi dalam hal-hal tersebut adalah yang ingin kami usulkan," katanya.
Dana pandemi yang berhasil terkumpul per 24 Agustus 2022 melalui diplomasi Indonesia di G20 Bidang Kesehatan senilai lebih dari 1,4 miliar dolar AS yang berasal dari komitmen 15 negara G20 dan tiga lembaga filantropi.
Menurut Budi, nominal tersebut masih menyisakan celah berkisar 10 miliar dolar AS untuk bekal pendanaan pandemi pada masa depan.
"Memang tidak harus didanai 100 persen dari pandemic fund. Ini bisa dilengkapi dari institusi yang telah memiliki banyak dana dari bidang kesehatan lainnya," katanya.
Dalam pertemuan itu, sejumlah menteri keuangan dan menteri kesehatan anggota G20 hadir secara langsung dan dalam jaringan, di antaranya Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, Menteri Keuangan Afrika Selatan Enoch Godongwana, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov, Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Aljadaan, Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers, dan Wakil Menteri China Dongwei Wan.
Baca juga: Mempromosikan kendaraan listrik di perhelatan KTT G20
Baca juga: Presiden AS dan China akan bertemu bahas isi global dan regional di Bali
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Pandemic fund" bukti konkret G20 di tengah ketegangan geopolitik
"G20 untuk sebuah keputusan, harus mencapai konsensus 100 persen dari seluruh negara. Kondisi geopolitiknya memang tidak mudah saat ini, peluang mencapai konsensus ini memang sulit dalam kondisi seperti saat ini," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Konferensi Pers Joint Finance Health Ministers Meeting (JFHMM) di Bali, Sabtu (12/11) malam.
Konflik bersenjata di Rusia dan Ukraina berikut ketegangan antara negara-negara Barat dan Rusia, menurut dia, memicu ketegangan geopolitik dunia yang turut menyulitkan negara-negara mencapai titik temu/konsensus di berbagai forum internasional, termasuk pertemuan-pertemuan G20.
Oleh karena itu, Menteri Kesehatan RI menilai pandemic fund yang disepakati oleh seluruh negara anggota G20 sebagai keberhasilan karena situasi geopolitik dunia saat ini sangat sulit (extremely difficult).
Pada kenyataannya, kata Budi, G20 Bidang Kesehatan mampu merealisasikan dana pandemi yang dipersiapkan sebagai bekal pandemi pada masa depan.
Upaya Indonesia dalam menyikapi potensi pandemi berikutnya, kata Budi, dengan memprioritaskan pengembangan laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh provinsi untuk melakukan surveillance agar patogen, bakteri, virus, maupun parasit bisa diidentifikasi secara cepat.
Prioritas selanjutnya adalah mengajukan proposal yang berhubungan dengan pengembangan bioteknologi karena sejumlah penyakit yang berpotensi memicu pandemi lanjutan berasal dari organisme hidup.
Menurut Budi, upaya pengobatan terhadap pasien pada masa depan perlu berdasar pada ilmu pengetahuan bioteknologi, seperti vaksin berplatform mRNA.
"Investasi dalam hal-hal tersebut adalah yang ingin kami usulkan," katanya.
Dana pandemi yang berhasil terkumpul per 24 Agustus 2022 melalui diplomasi Indonesia di G20 Bidang Kesehatan senilai lebih dari 1,4 miliar dolar AS yang berasal dari komitmen 15 negara G20 dan tiga lembaga filantropi.
Menurut Budi, nominal tersebut masih menyisakan celah berkisar 10 miliar dolar AS untuk bekal pendanaan pandemi pada masa depan.
"Memang tidak harus didanai 100 persen dari pandemic fund. Ini bisa dilengkapi dari institusi yang telah memiliki banyak dana dari bidang kesehatan lainnya," katanya.
Dalam pertemuan itu, sejumlah menteri keuangan dan menteri kesehatan anggota G20 hadir secara langsung dan dalam jaringan, di antaranya Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, Menteri Keuangan Afrika Selatan Enoch Godongwana, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov, Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Aljadaan, Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers, dan Wakil Menteri China Dongwei Wan.
Baca juga: Mempromosikan kendaraan listrik di perhelatan KTT G20
Baca juga: Presiden AS dan China akan bertemu bahas isi global dan regional di Bali
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Pandemic fund" bukti konkret G20 di tengah ketegangan geopolitik