Kuala Lumpur (ANTARA) - Sebanyak 273 guru dari 157 Community Learning Center (CLC) di Sabah mengikuti Festival Olahraga Permainan Tradisional Guru Indonesia di Malaysia (FOTGIM), yang diselenggarakan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) di Malaysia pekan lalu.
Jenis permainan yang dipertandingkan pada festival itu antara lain adalah egrang, ketapel, terompah, dan panahan tradisional.
Kepala SIKK Dadang Hermawan dalam keterangan tertulis dikeluarkan di Kota Kinabalu, Selasa, mengatakan FOTGIM digelar sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan permainan tradisional Indonesia yang sudah mulai jarang dipermainkan, apalagi di luar negeri.
Kompetisi egrang pada festival itu diikuti oleh tiga orang dalam setiap tim, ketapel oleh dua orang per tim, terompah lima orang per tim, dan panahan tradisional oleh tiga orang per tim.
Selain itu, pertandingan lainnya adalah lari balok yang diikuti 10 orang dalam setiap tim serta kasti (satu tim berisi 12 orang).
Pertandingan juga mencakup bidang olahraga dan kesenian, yaitu berupa tenis meja serta menyanyikan lagu-lagu nostalgia yang masing-masing diikuti oleh dua orang per tim.
Guru-guru CLS mengikuti Festival Olahraga Permainan Tradisional Guru Indonesia di Malaysia (FOTGIM) yang diselenggarakan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Sabtu (21/1/2023). (ANTARA/HO-SIKK)
Dadang mengatakan FOTGIM merupakan kegiatan yang pertama diselenggarakan oleh SIKK.
Ia berharap festival permainan tradisional dan olahraga bagi para guru tersebut dapat menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Kepala Kanselerai Konsulat Jenderal RI (KJRI) Kota Kinabalu Lingga Setiawan, yang membuka festival tersebut, berharap kegiatan itu bisa menjadi ajang silaturahim antara guru-guru Indonesia yang bertugas di CLC di seluruh Sabah.
Para guru yang mengikuti festival di Dewan Terbuka SIKK tersebut tersebut berasal 112 CLC SD dan 45 CLC SMP, yang berada di tujuh distrik berbeda di Sabah, antara lain Pantai Barat, Pedalaman, Sandakan, dan Tawau.
Mayoritas guru CLC di Sabah merupakan warga negara Indonesia. Selain itu, ada sejumlah diaspora Indonesia yang telah lama menetap di Sabah serta guru kontrak yang diberangkatkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dari Indonesia.
Dadang mengatakan guru CLC juga ada yang berkewarganegaraan Malaysia dan berpartisipasi dalam FOTGIM.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ratusan guru di Malaysia bertanding permainan tradisional Indonesia
Jenis permainan yang dipertandingkan pada festival itu antara lain adalah egrang, ketapel, terompah, dan panahan tradisional.
Kepala SIKK Dadang Hermawan dalam keterangan tertulis dikeluarkan di Kota Kinabalu, Selasa, mengatakan FOTGIM digelar sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan permainan tradisional Indonesia yang sudah mulai jarang dipermainkan, apalagi di luar negeri.
Kompetisi egrang pada festival itu diikuti oleh tiga orang dalam setiap tim, ketapel oleh dua orang per tim, terompah lima orang per tim, dan panahan tradisional oleh tiga orang per tim.
Selain itu, pertandingan lainnya adalah lari balok yang diikuti 10 orang dalam setiap tim serta kasti (satu tim berisi 12 orang).
Pertandingan juga mencakup bidang olahraga dan kesenian, yaitu berupa tenis meja serta menyanyikan lagu-lagu nostalgia yang masing-masing diikuti oleh dua orang per tim.
Dadang mengatakan FOTGIM merupakan kegiatan yang pertama diselenggarakan oleh SIKK.
Ia berharap festival permainan tradisional dan olahraga bagi para guru tersebut dapat menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Kepala Kanselerai Konsulat Jenderal RI (KJRI) Kota Kinabalu Lingga Setiawan, yang membuka festival tersebut, berharap kegiatan itu bisa menjadi ajang silaturahim antara guru-guru Indonesia yang bertugas di CLC di seluruh Sabah.
Para guru yang mengikuti festival di Dewan Terbuka SIKK tersebut tersebut berasal 112 CLC SD dan 45 CLC SMP, yang berada di tujuh distrik berbeda di Sabah, antara lain Pantai Barat, Pedalaman, Sandakan, dan Tawau.
Mayoritas guru CLC di Sabah merupakan warga negara Indonesia. Selain itu, ada sejumlah diaspora Indonesia yang telah lama menetap di Sabah serta guru kontrak yang diberangkatkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dari Indonesia.
Dadang mengatakan guru CLC juga ada yang berkewarganegaraan Malaysia dan berpartisipasi dalam FOTGIM.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ratusan guru di Malaysia bertanding permainan tradisional Indonesia