Pontianak (ANTARA) - Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengatakan negara tidak boleh bertekuk lutut pada para sindikat perdagangan orang yang memberangkatkan pekerja migran Indonesia secara non-prosedural ke Malaysia.
Benny di Pontianak, Senin, mengatakan Kalimantan Barat terkenal dengan jalur-jalur tikus yang menjdi jalan bagi pekerja migran non-prosedural masuk ke Malaysia untuk bekerja. Anak-anak bangsa sering diberangkatkan secara non-prosedural melalui jalur tersebut
"Naif negara yang besar ini dikendalikan sindikat, kita tidak boleh bertekuk lutut pada para sindikat itu," kata Beni.
Untuk itu, ia mengatakan perlu peran serta semua pemangku kepentingan untuk mengantisipasi hal ilegal itu. Karena Wilayah perbatasan telah terdeteksi menjadi jalur gelap dari penempatan ilegal para pekerja migran Indonesia (PMI).
Benny mengatakan perlu kerja kolaboratif semua pihak dengan kesadaran dan orientasi pada kepentingan Merah Putih dan Republik Indonesia. Karena itu untuk dapat melindungi pekerja migran, penting adanya peran serta seluruh pemangku kepentingan mencegah modus para sindikat.
"Jangan sampai pemerintah didikte para sindikat, dan jangan beri ruang oknum aparat pemerintah untuk bekerja sama dengan sindikat. Kita telah mengetahui modus sindikat dan korban-korban yang mereka hasilkan, maka ekosistem penempatan ilegal PMI tersebut harus kita hentikan," katanya.
Sementara itu di tempat yang sama, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan, BP2MI harus membangun Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan kompetensi PMI.
"Saya sampaikan kepada Kepala BP2MI, kita harus bangun BLK, kalau perlu Balai Pusat Sertifikasi itu dibangun, dibaguskan untuk meningkatkan PMI," katanya.
Namun, ia mengatakan akan lebih baik bila pekerja migran Indonesia tidak bekerja ke negara lain, cukup bekerja di Indonesia saja. Karena, menurut dia, masih banyak lapangan pekerjaan tersedia di Tanah Air.
"Boleh dia keluar negeri, tetapi dia bukan sebagai buruh kasar. Kalau dia memetik sawit di Malaysia tetapi gajinya hanya RM900 ringgit (sekitar Rp3,02 juta), lebih baik bekerja di Indonesia, karena di Kalbar ini masih banyak peluang pekerjaan," kata Sutarmidji.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BP2MI: Masih banyak jalur tikus untuk PMI di perbatasan Kalbar
Benny di Pontianak, Senin, mengatakan Kalimantan Barat terkenal dengan jalur-jalur tikus yang menjdi jalan bagi pekerja migran non-prosedural masuk ke Malaysia untuk bekerja. Anak-anak bangsa sering diberangkatkan secara non-prosedural melalui jalur tersebut
"Naif negara yang besar ini dikendalikan sindikat, kita tidak boleh bertekuk lutut pada para sindikat itu," kata Beni.
Untuk itu, ia mengatakan perlu peran serta semua pemangku kepentingan untuk mengantisipasi hal ilegal itu. Karena Wilayah perbatasan telah terdeteksi menjadi jalur gelap dari penempatan ilegal para pekerja migran Indonesia (PMI).
Benny mengatakan perlu kerja kolaboratif semua pihak dengan kesadaran dan orientasi pada kepentingan Merah Putih dan Republik Indonesia. Karena itu untuk dapat melindungi pekerja migran, penting adanya peran serta seluruh pemangku kepentingan mencegah modus para sindikat.
"Jangan sampai pemerintah didikte para sindikat, dan jangan beri ruang oknum aparat pemerintah untuk bekerja sama dengan sindikat. Kita telah mengetahui modus sindikat dan korban-korban yang mereka hasilkan, maka ekosistem penempatan ilegal PMI tersebut harus kita hentikan," katanya.
Sementara itu di tempat yang sama, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan, BP2MI harus membangun Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan kompetensi PMI.
"Saya sampaikan kepada Kepala BP2MI, kita harus bangun BLK, kalau perlu Balai Pusat Sertifikasi itu dibangun, dibaguskan untuk meningkatkan PMI," katanya.
Namun, ia mengatakan akan lebih baik bila pekerja migran Indonesia tidak bekerja ke negara lain, cukup bekerja di Indonesia saja. Karena, menurut dia, masih banyak lapangan pekerjaan tersedia di Tanah Air.
"Boleh dia keluar negeri, tetapi dia bukan sebagai buruh kasar. Kalau dia memetik sawit di Malaysia tetapi gajinya hanya RM900 ringgit (sekitar Rp3,02 juta), lebih baik bekerja di Indonesia, karena di Kalbar ini masih banyak peluang pekerjaan," kata Sutarmidji.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BP2MI: Masih banyak jalur tikus untuk PMI di perbatasan Kalbar