Jakarta (ANTARA) - Indonesia menyoroti kerja sama pengembangan kendaraan listrik (electronic vehicles/EV) dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersama Jepang.
“Kita telah banyak berdiskusi tentang kerja sama ini, sekarang kita harus melangkah ke aksi nyata. ASEAN dan Jepang akan sama-sama mengambil manfaat dari kerja sama ini,” ujar Menlu RI Retno Marsudi berdasarkan transkrip pernyataan yang disampaikan dalam sesi tertutup pertemuan yang dihadiri Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi di Jakarta, Kamis.
Jepang dianggap sebagai mitra yang sangat potensial untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik, dengan target untuk beralih ke 100 persen penjualan EV pada 2035.
ASEAN, kata Retno, memiliki posisi yang baik untuk bermitra dengan Jepang dalam mengembangkan ekosistem baterai EV. Sementara itu, Jepang memiliki kapasitas untuk mendukung tujuan tersebut melalui Dana Inovasi Hijau.
“Ekosistem EV tidak hanya akan membawa kemakmuran ke kawasan, tetapi membawa kita selangkah lebih dekat menuju masyarakat bebas karbon,” tutur Retno.
Lebih lanjut, Retno juga mengajak Jepang untuk ikut menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
Dia meyakini bahwa Jepang memiliki keinginan yang sama dengan ASEAN untuk mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan makmur.
“Kita ingin arsitektur regional yang inklusif, di mana semua negara dapat merasa aman dan terlindungi. Baru setelah itu, kita bisa mengubah kawasan ini menjadi epicentrum of growth,” kata Retno, merujuk pada tema keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: RI angkat kerja sama kendaraan listrik dalam pertemuan ASEAN-Jepang