KUALA LUMPUR (ANTARA) - Pakar IT dari Malaysia Effendy Zulkifly mengatakan bukan hanya kasir Bank yang terancam dengan revolusi industri, namun juga bank itu sendiri bisa hilang.
Menurut pria berdarah Yogyakarta dan Belitung ini, perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin menginginkan keamanan, kemudahan dan kecepatan dalam banyak hal termasuk perbankan.
Hal itu disampaikan Effendy Zulkifly dalam webinar 13 Prediksi Horor Revolusi Industri pada Minggu malam (20/9) pukul 19.30 – 22.00 WIB.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Global Influencer School ini juga dihadiri Karim Taslim, COO Skymind, Founder AI Innovation Challenge, Dr. Dirgantara Wicaksono, CEO Guru Youtuber, Yuma Shannelom, Ketua Umum Himpunan Artis Pengusaha Seluruh Indonesia dan moderator Hariqo Wibawa Satria, CEO Global Influencer School.
"Saya ini aslinya Indonesia, orang tua saya dari Bangka Belitung dan Yogyakarta, namun sudah lama tinggal di Malaysia. Jujur saja saya melihat banyak sekali orang pintar dan potensial di Indonesia. Saya yakin Indonesia akan mampu membuat banyak inovasi di era Revolusi Industri ini. Memang Revolusi Industri akan menghilangkan banyak pekerjaan, namun Revolusi Industri juga melahirkan banyak pekerjaan baru, jadi tidak perlu khawatir," Jelas Effendy Zulkifly yang pernah di undang ke banyak negara untuk mempresentasikan tentang IT dan blockchain.
Sementara itu Karim Taslim, Pakar AI dari Indonesia mengatakan, Indonesia sudah menggunakan AI, namun perlu lebih ditingkatkan lagi utamanya di dunia kesehatan.
AI bisa digunakan untuk penanganan COVID-19 dalam hal testing tracing and treatment (3T), namun semua ini juga memerlukan pendidikan dan pembiasaan.
"Pilihannya apakah kita menunggu masyarakat melek AI dulu atau kita maksimalkan AI sehingga lama-lama masyarakat terbiasa, saya lebih cenderung pada pilihan kedua karena perkembangan teknologi terus berjalan," kata Karim Taslim yang sudah 21 tahun mengeluti dunia AI sejak kuliah di Yogyakarta.
Narasumber lainnya adalah pendiri organisasi kerelawanan Backpacker Teaching Dr. Dirgantara Wicaksono. menurutnya, di era revolusi industri yang diperlukan adalah Blended learning: pembelajaran yang mengkombinasikan dan mencampur baik tatap muka, belajar mandiri, mandiri secara online untuk mencapai tujuan pembelajaran.
"Sekarang setiap anak punya cita-cita yang berbeda dari generasi sebelumnya, pembelajaran harus menyesuaikan dengan minat dan bakat serta memanfaatkan berbagai fasilitas teknologi dengan tetap mengedepankan prinsip keamanan data dan akhlakul karimah," ungkap Digantara Wicaksono.
Di awal webinar ini, Ketua Umum Himpunan Artis Pengusaha Seluruh Indonesia Yuma Shannelom dalam paparannya mengingatkan agar revolusi industri bisa membuat orang miskin menjadi sejahtera.
"Revolusi industri akan menjadi berkah, jika mampu mengangkat masyarakat kita yang miskin ke tempat yang layak, yang memang seharusnya mereka berada disitu. Semua tergantung kita yang menyebut diri melek informasi, melek big data dan melek apapun," tegas Yuma Shannelom.
Kegiatan webinar selama 180 menit ini dihadiri 124 orang peserta dari Indonesia dan Malaysia diantaranya Dr. Nurhadi, artis Ida Leman, Arip Musthopa, Shanker dari HAPSI, Kapten Tsar, Tazbir, King Bagus, Ichwan, Hudori, dan para pegiat AI dan media sosial lainnya.
Menurut pria berdarah Yogyakarta dan Belitung ini, perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin menginginkan keamanan, kemudahan dan kecepatan dalam banyak hal termasuk perbankan.
Hal itu disampaikan Effendy Zulkifly dalam webinar 13 Prediksi Horor Revolusi Industri pada Minggu malam (20/9) pukul 19.30 – 22.00 WIB.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Global Influencer School ini juga dihadiri Karim Taslim, COO Skymind, Founder AI Innovation Challenge, Dr. Dirgantara Wicaksono, CEO Guru Youtuber, Yuma Shannelom, Ketua Umum Himpunan Artis Pengusaha Seluruh Indonesia dan moderator Hariqo Wibawa Satria, CEO Global Influencer School.
"Saya ini aslinya Indonesia, orang tua saya dari Bangka Belitung dan Yogyakarta, namun sudah lama tinggal di Malaysia. Jujur saja saya melihat banyak sekali orang pintar dan potensial di Indonesia. Saya yakin Indonesia akan mampu membuat banyak inovasi di era Revolusi Industri ini. Memang Revolusi Industri akan menghilangkan banyak pekerjaan, namun Revolusi Industri juga melahirkan banyak pekerjaan baru, jadi tidak perlu khawatir," Jelas Effendy Zulkifly yang pernah di undang ke banyak negara untuk mempresentasikan tentang IT dan blockchain.
Sementara itu Karim Taslim, Pakar AI dari Indonesia mengatakan, Indonesia sudah menggunakan AI, namun perlu lebih ditingkatkan lagi utamanya di dunia kesehatan.
AI bisa digunakan untuk penanganan COVID-19 dalam hal testing tracing and treatment (3T), namun semua ini juga memerlukan pendidikan dan pembiasaan.
"Pilihannya apakah kita menunggu masyarakat melek AI dulu atau kita maksimalkan AI sehingga lama-lama masyarakat terbiasa, saya lebih cenderung pada pilihan kedua karena perkembangan teknologi terus berjalan," kata Karim Taslim yang sudah 21 tahun mengeluti dunia AI sejak kuliah di Yogyakarta.
Narasumber lainnya adalah pendiri organisasi kerelawanan Backpacker Teaching Dr. Dirgantara Wicaksono. menurutnya, di era revolusi industri yang diperlukan adalah Blended learning: pembelajaran yang mengkombinasikan dan mencampur baik tatap muka, belajar mandiri, mandiri secara online untuk mencapai tujuan pembelajaran.
"Sekarang setiap anak punya cita-cita yang berbeda dari generasi sebelumnya, pembelajaran harus menyesuaikan dengan minat dan bakat serta memanfaatkan berbagai fasilitas teknologi dengan tetap mengedepankan prinsip keamanan data dan akhlakul karimah," ungkap Digantara Wicaksono.
Di awal webinar ini, Ketua Umum Himpunan Artis Pengusaha Seluruh Indonesia Yuma Shannelom dalam paparannya mengingatkan agar revolusi industri bisa membuat orang miskin menjadi sejahtera.
"Revolusi industri akan menjadi berkah, jika mampu mengangkat masyarakat kita yang miskin ke tempat yang layak, yang memang seharusnya mereka berada disitu. Semua tergantung kita yang menyebut diri melek informasi, melek big data dan melek apapun," tegas Yuma Shannelom.
Kegiatan webinar selama 180 menit ini dihadiri 124 orang peserta dari Indonesia dan Malaysia diantaranya Dr. Nurhadi, artis Ida Leman, Arip Musthopa, Shanker dari HAPSI, Kapten Tsar, Tazbir, King Bagus, Ichwan, Hudori, dan para pegiat AI dan media sosial lainnya.