Inflasi naik menjadi 2,8 persen pada Mei dari 2,3 persen pada April. Ringgit Malaysia melemah pada kuartal terakhir dan telah melemah hampir 6,0 persen sepanjang tahun ini, meningkatkan prospek tekanan inflasi impor.
"Ringgit Malaysia telah jatuh terhadap greenback karena kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS, dan menaikkan suku bunga kebijakan overnight akan membantu menopang mata uang dengan mempertahankan perbedaan suku bunga," kata Denise Cheok, ekonom di Moody's Analytics.
Untuk pertemuan November, 12 dari 22 analis dalam jajak pendapat memperkirakan tingkat suku bunga di 2,50 persen, delapan mengatakan 2,75% sementara dua mengatakan 2,25 persen.
Perkiraan median dari jajak pendapat juga memperkirakan kenaikan 25 basis poin di masing-masing dua kuartal pertama 2023. Untuk kuartal pertama 2023, sembilan dari 20 ekonom memperkirakan suku bunga akan naik menjadi 2,75 persen, enam memperkirakan 3,00 persen sementara lima mengatakan 2,50 persen.
Suku bunga acuan diperkirakan akan mencapai tingkat pra-pandemi sebesar 3,00 persen pada kuartal kedua tahun depan. Sekitar separuh responden, sembilan dari 19 responden memprediksi kenaikan menjadi 3,00 persen, enam mengatakan 2,75 persen, tiga mengatakan 2,50 persen dan satu mengatakan 3,25 persen.
BNM pada pertemuan Mei mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 antara 5,3 persen-6,3 persen dan proyeksi inflasi utama tetap antara 2,2 persen-3,2 persen tahun ini.
Baca juga: Pemerintah Malaysia beri subsidi lebih dari Rp237,863 triliun untuk tangkal inflasi
Baca juga: Film "Mat Kilau" raup RM7,3 juta dari penjualan tiket dalam satu hari
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Malaysia akan naikkan suku bunga lagi pada Juli dan September