Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat dalam rangka memastikan progres dan kemajuan pembuatan satelit Hot Backup Satelite (HBS) untuk Indonesia di Boeing, SpaceX, dan Hughes Network System.
Kunjungan kerja itu diikuti oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latief, Dirjen Sumber Daya,Perangkat Pos, dan Informatika (SDPPI) Kominfo Ismail, serta Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo Usman Kansong.
“HBS dipilih dalam rangka menyediakan dukungan cadangan untuk memitigasi segala risiko yang mungkin terjadi pada satelit SATRIA-1. Selain memiliki fungsi utama sebagai cadangan bagi SATRIA-1, penyediaan HBS bertujuan untuk menambah kecepatan internet dan meningkatkan user experience," kata Dirut BAKTI Kominfo Anang Latief menjelaskan fungsi dari HBS yang ditinjau pengembangannya itu dalam keterangannya diterima di Jakarta, Senin.
Adapun Boeing bertanggung jawab sebagai perusahaan manufaktur satelit untuk proyek Hot Backup Satellite (HBS).
Lalu SpaceX bertanggung jawab sebagai penyedia roket peluncur (rocket launcher) untuk HBS tersebut.
Sementara Hughes Network System menjadi perusahaan yang menyediakan solusi broadband bagi satelit dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS) yang digunakan HBS.
Baca juga: Proyek SATRIA-1 memasuki tahapan pembangunan 68,3 persen
Proyek pembuatan HBS berlangsung sejak 19 Oktober 2021 ketika BAKTI melaksanakan pengadaan dengan dasar Peraturan Direktur Utama BAKTI nomor 4/2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite untuk Transformasi Digital.
Program HBS dikerjakan sesuai dengan target dan sudah memasuki tahapan konstruksi di 2022 dengan harapan bisa meluncur ke orbit pada kuartal pertama 2023.
Diharapkan pada kuartal keempat 2023 satelit sudah dapat beroperasi melayani masyarakat.
Adapun manfaat satelit diharapkan bisa membantu Indonesia memberikan kesetaraan akses dan konektivitas kepada masyarakat di Tanah Air.
"Dengan satelit, titik-titik terpencil dapat dijangkau dengan relatif mudah dan merata. Teknologi satelit melengkapi berbagai penyediaan infrastruktur akses sinyal dan internet yang telah dibangun Kementerian Kominfo seperti jaringan tulang punggung internet berkecepatan tinggi dan ribuan BTS 4G di daerah Terdepan, Terluar, dan tertinggal (3T)," kata Ismail.
Selain mengunjungi Boeing, SpaceX dan Hughes Network System, Menkominfo Johnny G.Plate juga bertemu dengan perwakilan dari industri komunikasi dan teknologi lainnya seperti Qualcomm, Cisco, Maxar dan Meta.
Baca juga: Satelit MEASAT-3d akan menghubungkan daerah terpencil di Malaysia
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kominfo tinjau progres pembuatan satelit di Boeing dan SpaceX
Kunjungan kerja itu diikuti oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latief, Dirjen Sumber Daya,Perangkat Pos, dan Informatika (SDPPI) Kominfo Ismail, serta Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kominfo Usman Kansong.
“HBS dipilih dalam rangka menyediakan dukungan cadangan untuk memitigasi segala risiko yang mungkin terjadi pada satelit SATRIA-1. Selain memiliki fungsi utama sebagai cadangan bagi SATRIA-1, penyediaan HBS bertujuan untuk menambah kecepatan internet dan meningkatkan user experience," kata Dirut BAKTI Kominfo Anang Latief menjelaskan fungsi dari HBS yang ditinjau pengembangannya itu dalam keterangannya diterima di Jakarta, Senin.
Adapun Boeing bertanggung jawab sebagai perusahaan manufaktur satelit untuk proyek Hot Backup Satellite (HBS).
Lalu SpaceX bertanggung jawab sebagai penyedia roket peluncur (rocket launcher) untuk HBS tersebut.
Sementara Hughes Network System menjadi perusahaan yang menyediakan solusi broadband bagi satelit dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS) yang digunakan HBS.
Baca juga: Proyek SATRIA-1 memasuki tahapan pembangunan 68,3 persen
Proyek pembuatan HBS berlangsung sejak 19 Oktober 2021 ketika BAKTI melaksanakan pengadaan dengan dasar Peraturan Direktur Utama BAKTI nomor 4/2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan Hot Backup Satellite untuk Transformasi Digital.
Program HBS dikerjakan sesuai dengan target dan sudah memasuki tahapan konstruksi di 2022 dengan harapan bisa meluncur ke orbit pada kuartal pertama 2023.
Diharapkan pada kuartal keempat 2023 satelit sudah dapat beroperasi melayani masyarakat.
Adapun manfaat satelit diharapkan bisa membantu Indonesia memberikan kesetaraan akses dan konektivitas kepada masyarakat di Tanah Air.
"Dengan satelit, titik-titik terpencil dapat dijangkau dengan relatif mudah dan merata. Teknologi satelit melengkapi berbagai penyediaan infrastruktur akses sinyal dan internet yang telah dibangun Kementerian Kominfo seperti jaringan tulang punggung internet berkecepatan tinggi dan ribuan BTS 4G di daerah Terdepan, Terluar, dan tertinggal (3T)," kata Ismail.
Selain mengunjungi Boeing, SpaceX dan Hughes Network System, Menkominfo Johnny G.Plate juga bertemu dengan perwakilan dari industri komunikasi dan teknologi lainnya seperti Qualcomm, Cisco, Maxar dan Meta.
Baca juga: Satelit MEASAT-3d akan menghubungkan daerah terpencil di Malaysia
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kominfo tinjau progres pembuatan satelit di Boeing dan SpaceX