Magelang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Kirab Budaya dan Rapat Raksasa yang melibatkan 2.000 warga dari 20 desa di kawasan candi Borobudur untuk menyemarakkan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian kegiatan G20 di bidang kebudayaan, Senin.
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa bertajuk Nyawiji Tunggal Rasa mengusung semangat kebersamaan masyarakat yang bahu membahu untuk bisa kembali bekerja dan berkarya, untuk pulih kembali pada kondisi yang selaras dengan alam sesuai dengan tema besar G20 Indonesia 2022, Recover Together, Recover Stronger.
"Kirab budaya ini adalah upaya untuk melibatkan masyarakat desa di sekitar (candi) Borobudur," kata Direktur Jenderal Kemendikbudristek, Hilmar Farid.
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa G20 terdiri atas empat segmen kegiatan, yakni Ritus Bangun Tuwuh di Candi Pawon, Kirab Budaya Mulih Pulih dari Candi Pawon menuju Candi Borobudur, Rapat Raksasa Nyawiji di Taman Lumbini Candi Borobudur, dan Parade Seni Golong Gilig.
Ritus Bangun Tuwuh merupakan simbol dari harapan seluruh kalangan masyarakat untuk sebuah awal yang baru setelah dua tahun pendemi.
Biji tanaman yang didoakan dibawa pulang dan ditanam, dengan harapan akan tumbuh subur bersama dengan tumbuh makmurnya kehidupan masyarakat.
Ritus doa bersama itu menjadi pembuka rangkaian kegiatan kirab dan dilakukan oleh perwakilan dari 20 desa, perwakilan pemuka agama, dan pemuka adat Nusantara.
Kirab Budaya Mulih Pulih adalah gerak kirab massal yang melibatkan 2.000 warga desa yang bergerak dari Candi Pawon ke lapangan Lumbini, Borobudur.
Kisah Jataka yang terpahat dalam relief Candi Borobudur diambil sebagai tema Kirab Budaya yang menginspirasi warga tiap-tiap desa dalam penciptaan karya instalasi ragam fauna, yang diusung dalam gerak bersama barisan kirab.
Menurut Kemendikbudristek, langkah itu menjadi cara warga Borobudur melestarikan dan merayakan candi Borobudur, sehingga filosofi positif dan nilai spiritual yang dimiliki ikon fauna tersebut menjadi bagian dari kehidupan warga untuk kembali pulih dan bangkit.
Selain itu, warga juga mempersiapkan berbagai makanan tradisional dan produk kuliner lokal andalan desa masing-masing untuk ikut diusung pada saat kirab dan disajikan pada saat Kembul Bujana (Upacara Makan Bersama).
Sementara itu, Rapat Raksasa Nyawiji merupakan simbol solidaritas dengan sesama dan menyampaikan aspirasi melalui rangkaian pertunjukan yang merupakan adaptasi artistik dari aneka isu yang telah didiskusikan dalam rangkaian kegiatan yang melibatkan pelaku budaya sebelumnya.
"Melalui Rapat Raksasa ini, kami menampung aspirasi dari para pemangku kepentingan budaya dan teman-teman komunitas untuk dikonsolidasikan untuk disampaikan kepada para menteri G20," ujar Hilmar.
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa itu merupakan bagian dari Program Pemajuan Kebudayaan Desa, yakni salah satu program prioritas Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbudristek yang menitikberatkan pada proses pemberdayaan masyarakat yang melibatkan warga sebagai pemilik budaya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kirab budaya dan rapat raksasa semarakkan kegiatan G20 kebudayaan
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa bertajuk Nyawiji Tunggal Rasa mengusung semangat kebersamaan masyarakat yang bahu membahu untuk bisa kembali bekerja dan berkarya, untuk pulih kembali pada kondisi yang selaras dengan alam sesuai dengan tema besar G20 Indonesia 2022, Recover Together, Recover Stronger.
"Kirab budaya ini adalah upaya untuk melibatkan masyarakat desa di sekitar (candi) Borobudur," kata Direktur Jenderal Kemendikbudristek, Hilmar Farid.
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa G20 terdiri atas empat segmen kegiatan, yakni Ritus Bangun Tuwuh di Candi Pawon, Kirab Budaya Mulih Pulih dari Candi Pawon menuju Candi Borobudur, Rapat Raksasa Nyawiji di Taman Lumbini Candi Borobudur, dan Parade Seni Golong Gilig.
Ritus Bangun Tuwuh merupakan simbol dari harapan seluruh kalangan masyarakat untuk sebuah awal yang baru setelah dua tahun pendemi.
Biji tanaman yang didoakan dibawa pulang dan ditanam, dengan harapan akan tumbuh subur bersama dengan tumbuh makmurnya kehidupan masyarakat.
Ritus doa bersama itu menjadi pembuka rangkaian kegiatan kirab dan dilakukan oleh perwakilan dari 20 desa, perwakilan pemuka agama, dan pemuka adat Nusantara.
Kirab Budaya Mulih Pulih adalah gerak kirab massal yang melibatkan 2.000 warga desa yang bergerak dari Candi Pawon ke lapangan Lumbini, Borobudur.
Kisah Jataka yang terpahat dalam relief Candi Borobudur diambil sebagai tema Kirab Budaya yang menginspirasi warga tiap-tiap desa dalam penciptaan karya instalasi ragam fauna, yang diusung dalam gerak bersama barisan kirab.
Menurut Kemendikbudristek, langkah itu menjadi cara warga Borobudur melestarikan dan merayakan candi Borobudur, sehingga filosofi positif dan nilai spiritual yang dimiliki ikon fauna tersebut menjadi bagian dari kehidupan warga untuk kembali pulih dan bangkit.
Selain itu, warga juga mempersiapkan berbagai makanan tradisional dan produk kuliner lokal andalan desa masing-masing untuk ikut diusung pada saat kirab dan disajikan pada saat Kembul Bujana (Upacara Makan Bersama).
Sementara itu, Rapat Raksasa Nyawiji merupakan simbol solidaritas dengan sesama dan menyampaikan aspirasi melalui rangkaian pertunjukan yang merupakan adaptasi artistik dari aneka isu yang telah didiskusikan dalam rangkaian kegiatan yang melibatkan pelaku budaya sebelumnya.
"Melalui Rapat Raksasa ini, kami menampung aspirasi dari para pemangku kepentingan budaya dan teman-teman komunitas untuk dikonsolidasikan untuk disampaikan kepada para menteri G20," ujar Hilmar.
Kirab Budaya dan Rapat Raksasa itu merupakan bagian dari Program Pemajuan Kebudayaan Desa, yakni salah satu program prioritas Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbudristek yang menitikberatkan pada proses pemberdayaan masyarakat yang melibatkan warga sebagai pemilik budaya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kirab budaya dan rapat raksasa semarakkan kegiatan G20 kebudayaan