Kuala Lumpur (ANTARA) - Kekeluargaan menjadi kata kunci yang Jeihan Fuad Alkatiri (35) garis bawahi ketika ditanya soal pengalamannya bekerja di Les' Copaque Production Sdn Bhd, Malaysia.

Nama Les’ Copaque memang tenar. Namun di Indonesia, seri animasi kartun anak-anak produksi mereka yang justru lebih dikenal khalayak dari berbagai golongan usia, yakni Upin & Ipin.

"Enaknya di sini tuh kekeluargaan sih. Terus, di sini tuh kita bukan cuma kayak ... ," kata Jeihan, yang kemudian sedikit terhenti saat menceritakan pengalamannya berkarya di industri animasi Malaysia yang telah menelurkan karya fenomenal Upin & Ipin.

”Ok sehari-hari kerja emang di depan PC (personal computer) ya. Tapi kita (Les' Copaque) tuh punya ‘event’. Biasanya sebelum (pandemi) COVID-19, setahun sekali kita ada karnaval, kayak lebih untuk lihat reaksi fans itu bagaimana,” kata dia melanjutkan ceritanya.

Dalam pelaksanaan karnaval itu lah yang menurut Jeihan, rasa kekeluargaan itu kental terasa, karena biasanya mereka tidak mengandalkan jasa penyelenggara acara, melainkan mengerjakan semua sendiri dengan membuat tim.
 

Les’ Copaque Production Sdn Bhd, Section 13, Shah Alam, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. (ANTARA/Virna P Setyorini.)



“Seru sih. Bisa ngelihat reaksi anak-anak kecil. Seru,” ujar Finalis Gadis Sampul 2002 itu.

Meski awalnya memang bukan bekerja sebagai kompositor, namun pekerjaannya tidak pernah jauh dari dunia perfilman.

Jeihan terlibat dalam penggarapan sejumlah film animasi Upin & Ipin produksi Les' Copaque Production Sdn Bhd, salah satunya “Upin & Ipin: Keris Siamang Tunggal” yang dirilis pada 2019 di tujuh negara.

Dalam film animasi berdurasi 1 jam 40 menit yang menghabiskan biaya penggarapan RM20 juta atau Rp68,226 miliar dan mengantongi pendapatan kotor RM 25.28 juta atau sekitar Rp86,238 miliar itu namanya tertera sebagai penata musik.

Jika ditotal, kompositor muda berkebangsaan Indonesia yang kesehariannya memang lebih banyak menghadap layar komputer itu,  ternyata sudah 11 tahun tinggal, kuliah dan bekerja di negeri jiran. Meski demikian, logat Indonesia tidak hilang dari kalimat-kalimat yang diucapkannya.

Saat dirinya mulai kuliah di Malaysia pada 2005, menurut Jeihan, jumlah industri animasi memang belum terlalu banyak. Namun sekarang jumlahnya semakin banyak, termasuk di Indonesia.
 

Suasana ruang kerja di Les’ Copaque Production Sdn Bhd, Section 13, Shah Alam, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. (ANTARA/Virna P Setyorini.)


Sebelumnya memang ada beberapa anak Indonesia yang bergabung dengan Les' Copaque, namun kini mereka telah kembali ke Tanah Air maupun berkarya di tempat lain.

Sedangkan Jeihan, tampaknya akan lebih lama berkarya di Malaysia, terlebih dirinya telah menemukan tambatan hati di negeri jiran.


Berkumpulnya talenta muda

Bertempat di Section 13, Shah Alam, Selangor Darul Ehsan, Jiehan bergabung dengan puluhan talenta-talenda muda lainnya di Les' Copaque Production Sdn Bhd, untuk menciptakan karya-karya animasi yang digemari segala usia.

Managing Director Les' Copaque Burhanuddin MD Radzi bersama istri, Ainon Ariff sebagai Chief Content Director menciptakan ruang-ruang kebebasan untuk mereka dapat semakin berkembang, yang justru memunculkan kreativitas menghasilkan animasi 3D dengan kualitas tinggi.

Bak katak yang lolos dari tempurung, seperti logo dari rumah produksi tersebut yang menggambarkan "katak di atas tempurung kelapa", talenta-talenta muda diajak untuk tidak takut bermimpi besar dan mengeluarkan kemampuan berpikir di luar kotak.

Jeihan dan rekan-rekannya mengakui hal itu, bahwa Haji Burhanuddin dan Hajah Ainon memberikan ruang kebebasan bagi mereka untuk berkembang menciptakan animasi. Dari sana mereka lebih leluasa mengembangkan ide-ide yang mereka punya.
 

Storyboard Artist Maghfirah Rifaad di meja kerjanya di Les’ Copaque Production Sdn Bhd, Section 13, Shah Alam, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. (ANTARA/Virna P Setyorini.)


Meski di akhir cerita, menurut Burhanuddin, seringkali istrinya yang menentukan apakah animasi yang mereka kembangkan sudah layak untuk ditayangkan.

Nur Naquyah Binti Burhanuddin yang menjadi Creatice Content Director di Les' Copaque juga mengatakan hal yang sama. Bahkan, ketika satu episode sudah selesai pengerjaan, namun ada yang terasa kurang oleh Hajah Ainon, tidak jarang mereka harus mengulangnya dari awal.

Ruang-ruang produksi Les' Copaque di beberapa bangunan tiga lantai di Section 13, Shah Alam, penuh dengan piranti penunjang mereka untuk berkreasi. Tiap-tiap bagian memiliki peran penting untuk menghasilkan karya yang harapannya disukai semua kalangan.

Storyboard Artist Les' Copaque Production Sdn Bhd Maghfirah Rifaad contohnya, bekerja dekat dengan konten kreatif di sana. Apa yang tertulis dalam naskah yang dikembangkan seorang storyteller tidak hanya harus mampu diterjemahkannya dalam bentuk visual, tetapi juga harus mampu dihidupkan ke dalam bentuk animasi 3D.

Hal itu tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang storyboard artist seperti Maghfirah. Contoh, dengan naskah singkat Upin dan Ipin yang berkhayal ayam goreng, dirinya harus mampu "membahasakannya" ke dalam bentuk visual yang menarik.

Butuh imajinasi tingkat tinggi memang, ujar dia. Efek apa yang harus dimasukkan ke dalam visual, background yang tepat, maka ayam goreng yang sedang dikhayalkan oleh Upin dan Ipin pun tampak lebih menarik ketika terlihat melayang-layang di antara awan putih dan langit berwarna merah mudah.
 

Audio and Music Director Mohamad Zaki Ishak di studi tempatnya bekerja di Les’ Copaque Production Sdn Bhd, Section 13, Shah Alam, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. (ANTARA/Virna P Setyorini.)


Visualisasi tadi tentu menjadi semakin hidup lagi dengan sentuhan audio dan musik. Itu menjadi salah satu tugas Audio and Music Director Les' Copaque Mohamad Zaki Ishak yang menyempurnakannya.

Dalam studio yang berukuran tidak terlalu besar di lantai dasar markas "Upin & Ipin" tersebut, audio dan musik dibaurkan dengan visual yang menawan. Berbagai peralatan "tidak terduga" digunakan untuk memperoleh suara yang sesuai dengan kebutuhan mengisi audio untuk film maupun seri animasi.

Tantangan datang ketika harus berhadapan dengan pengisi suara anak-anak, kata Zaki. Bukan saja sekedar mengarahkan mereka bagaimana mengisi suara, tetapi juga harus bisa menjadi penjaga mereka (baca: babysitter).

Kerja tim yang kreatif, detail, teliti, kompak menghasilkan tayangan animasi 3D yang fenomenal. Sosok Upin dan Ipin sudah tertambat di hati banyak penggemarnya, tua maupun muda, tidak hanya di negeri asalnya tetapi juga di Indonesia.

Dan yang juga membanggakan, ada pula sentuhan kreativitas talenta muda Indonesia di sana, yang bergabung bersama talenta muda Malaysia menghasilkan tontonan animasi kelas dunia yang mampu mendekatkan dua negara.
 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ada talenta muda Indonesia di film animasi Upin & Ipin

Pewarta : Virna P Setyorini
Editor : Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2024