Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat suntikan vaksinasi COVID-19 "booster" kedua menggunakan vaksin Indovac.
"Hari ini saya baru saja saya divaksinasi 'booster' penguat," kata Presiden Jokowi di Istana Bogor, Kamis.
Presiden Jokowi pun mengajak masyarakat terutama tenaga kesehatan dan lansia untuk mendapatkan vaksinasi "booster" dosis kedua.
"Dan juga orang-orang yang interaksi nya tinggi antar-masyarakat (agar divaksin) karena sampai hari ini kita untuk dosis satu telah menyuntikkan 205 juta dosis, kemudian dosis kedua 172 juta dosis, dan untuk vaksin 'booster' pertama telah disuntikkan 66 juta dosis dan 'booster' kedua memang masih kecil, masih 730 ribu dosis vaksin," ungkap Presiden.
Presiden mengatakan dengan mendapat vaksinasi "booster" kedua, imunitas masyarakat dapat terjaga.
"Dan dapat memutus penularan COVID-19 dari orang ke orang, ini paling penting. Kemudian vaksin yang dipakai pada pagi hari ini yaitu vaksin Indovac, produk 100 persen dalam negeri," tambah Presiden.
Vaksin Indovac diketahui telah melalui uji klinis dan sudah mendapat Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di lokasi yang sama juga mengatakan vaksinasi "booster" menjadi penting sekali karena kasus COVID-19 di rumah sakit sedang meningkat.
"Kasus COVID-19 yang masuk rumah sakit dan kasusnya tergolong sedang dan berat itu 74 persen belum di-'booster'. Untuk kasus yang meninggal, dalam gelombang terakhir ini 84 persen belum di-'booster', jadi buat masyarakat tolong diingatkan agar cepat-cepat 'di-booster'," kata Budi Gunadi.
Menurut Menkes, baru 66 juta dari 234 juta target sasaran yang telah melakukan vaksinasi "booster".
"Khususnya untuk tenaga kesehatan dan lansia di atas 60 tahun segera lakukan 'booster' kedua dan jangan lupa 'booster' nya pakai Indovac karena itu sudah terbukti sangat ampuh, tidak kalah dari produksi luar negeri," ucap Budi Gunadi.
Sedangkan Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bahwa Kementerian BUMN berusaha menjaga kemandirian kesehatan termasuk memproduksi vaksin COVID-19 buatan Indonesia.
"Kami terus bersama Kementerian Kesehatan mencoba menanggulangi jenis-jenis penyakit lainnya yang membutuhkan vaksin, karena itu kita terus akan mengembangkan teknologi vaksin yang ada di Kementerian BUMN, khususnya yang hari ini dipimpin oleh perusahaan Bio Farma kami," tambah Erick.
Seusai mendapat vaksinasi COVID-19 "booster" kedua, Presiden Jokowi langsung berangkat ke Cianjur untuk mengecek kondisi korban gempa di lokasi tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sampai Sabtu (19/11) jumlah dosis pertama vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan di Indonesia mencapai 205.306.678 dosis, selanjutnya vaksinasi ke-2 yang telah disuntikkan ada 172.225.680 dosis, sedangkan vaksinasi ke-3 mencapai 66.0994.359 dosis dan vaksinasi ke-4 sebanyak 9.235 dosis dari total target sasaran vaksinasi nasional sebanyak 234.666.020 dosis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden Jokowi dapatkan vaksinasi COVID-19 "booster" kedua
"Hari ini saya baru saja saya divaksinasi 'booster' penguat," kata Presiden Jokowi di Istana Bogor, Kamis.
Presiden Jokowi pun mengajak masyarakat terutama tenaga kesehatan dan lansia untuk mendapatkan vaksinasi "booster" dosis kedua.
"Dan juga orang-orang yang interaksi nya tinggi antar-masyarakat (agar divaksin) karena sampai hari ini kita untuk dosis satu telah menyuntikkan 205 juta dosis, kemudian dosis kedua 172 juta dosis, dan untuk vaksin 'booster' pertama telah disuntikkan 66 juta dosis dan 'booster' kedua memang masih kecil, masih 730 ribu dosis vaksin," ungkap Presiden.
Presiden mengatakan dengan mendapat vaksinasi "booster" kedua, imunitas masyarakat dapat terjaga.
"Dan dapat memutus penularan COVID-19 dari orang ke orang, ini paling penting. Kemudian vaksin yang dipakai pada pagi hari ini yaitu vaksin Indovac, produk 100 persen dalam negeri," tambah Presiden.
Vaksin Indovac diketahui telah melalui uji klinis dan sudah mendapat Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di lokasi yang sama juga mengatakan vaksinasi "booster" menjadi penting sekali karena kasus COVID-19 di rumah sakit sedang meningkat.
"Kasus COVID-19 yang masuk rumah sakit dan kasusnya tergolong sedang dan berat itu 74 persen belum di-'booster'. Untuk kasus yang meninggal, dalam gelombang terakhir ini 84 persen belum di-'booster', jadi buat masyarakat tolong diingatkan agar cepat-cepat 'di-booster'," kata Budi Gunadi.
Menurut Menkes, baru 66 juta dari 234 juta target sasaran yang telah melakukan vaksinasi "booster".
"Khususnya untuk tenaga kesehatan dan lansia di atas 60 tahun segera lakukan 'booster' kedua dan jangan lupa 'booster' nya pakai Indovac karena itu sudah terbukti sangat ampuh, tidak kalah dari produksi luar negeri," ucap Budi Gunadi.
Sedangkan Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bahwa Kementerian BUMN berusaha menjaga kemandirian kesehatan termasuk memproduksi vaksin COVID-19 buatan Indonesia.
"Kami terus bersama Kementerian Kesehatan mencoba menanggulangi jenis-jenis penyakit lainnya yang membutuhkan vaksin, karena itu kita terus akan mengembangkan teknologi vaksin yang ada di Kementerian BUMN, khususnya yang hari ini dipimpin oleh perusahaan Bio Farma kami," tambah Erick.
Seusai mendapat vaksinasi COVID-19 "booster" kedua, Presiden Jokowi langsung berangkat ke Cianjur untuk mengecek kondisi korban gempa di lokasi tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sampai Sabtu (19/11) jumlah dosis pertama vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan di Indonesia mencapai 205.306.678 dosis, selanjutnya vaksinasi ke-2 yang telah disuntikkan ada 172.225.680 dosis, sedangkan vaksinasi ke-3 mencapai 66.0994.359 dosis dan vaksinasi ke-4 sebanyak 9.235 dosis dari total target sasaran vaksinasi nasional sebanyak 234.666.020 dosis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden Jokowi dapatkan vaksinasi COVID-19 "booster" kedua