Jakarta (ANTARA) - Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari dapat menjadi momentum refleksi bagi masyarakat, khususnya para orang tua. Sudahkah mereka memenuhi hak anak dengan memberikan asupan bergizi seimbang?
Untuk mendukung tumbuh kembang anak dan mencegah terjadinya stunting, pola makan bergizi seimbang yang kaya akan protein hewani, memang menjadi salah satu kunci.
Bahkan, pada Hari Gizi Nasional 2023 ini, Pemerintah menetapkan tema "Protein Hewani Cegah Stunting" guna mengingatkan seluruh pihak mengenai pentingnya asupan gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.
Pemenuhan gizi seimbang berarti setiap porsi makan harus mengandung makronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak dan mikronutrien seperti vitamin, mineral, serta air.
Protein dapat diperoleh dari sumber nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, biji-bijian, dan juga protein hewani seperti daging merah, ayam, telur, hingga ikan.
Untuk mendukung upaya pencegahan stunting, protein hewani ibarat pelita di dalam gelap, yang menjadi kekuatan bagi tubuh anak untuk terus bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Mengapa protein hewani begitu penting? Di dalam protein hewani terdapat banyak zat gizi penting yang dibutuhkan tubuh, misalnya, asam amino esensial yang sangat lengkap serta kaya akan mikronutrien seperti vitamin, DHA, hingga zat besi. Bahkan, komposisi asam amino esensial yang terkandung dalam protein hewani lebih lengkap jika dibandingkan protein nabati.
Beragam zat gizi yang terdapat dalam protein hewani tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak dan tentunya efektif menjadi upaya mencegah stunting.
Ahli kesehatan cum dokter spesialis gizi klinik Nurhati Febriani, Sp.GK, FINEM, AIFO-K menyatakan bahwa kandungan zat gizi dalam protein hewani dapat merangsang pertumbuhan sel otak pada masa balita dan pada 1.000 hari pertama kehidupan atau masa emas pertumbuhan anak.
Sebagai contoh, dalam ikan mas mentah dapat mengandung sedikitnya 50 kalori dalam kondisi mentah dan jika diolah dan dimasak bisa mencapai 100 kalori. Sementara asam amino taurin yang terkandung di dalam ikan sangat berperan dalam perkembangan otak dan merangsang pertumbuhan sel otak anak.
Contoh lainnya, telur ayam yang telah dimasak menjadi telur mata sapi dapat mengandung sedikitnya 75 kalori, dan sepotong daging sapi mentah yang belum diolah dengan berat sekitar 35 gram dapat mengandung sedikitnya 75 kalori.
Karena itulah, memperbanyak jumlah protein hewani dalam piring makan anak akan menjadi langkah kecil yang berdampak besar dalam upaya memenuhi kebutuhan gizi sang buah hati.
Orang tua perlu menerapkan slogan "piringku kaya akan protein hewani" agar pola makan dengan gizi seimbang dapat menjadi gaya hidup yang membudaya di tengah keluarga.
Peringatan hari gizi memang kiranya tepat jika dijadikan momentum untuk mengubah pola makan atau kebiasaan yang kurang tepat menjadi pola makan dengan gizi seimbang yang kaya akan protein hewani.
Semuanya bisa dimulai di dalam keluarga. Jika perilaku hidup sehat berkembang dengan baik, maka anak-anak akan terbiasa dan akan membawa kebiasaan baik itu hingga dirinya beranjak dewasa.
Terlebih lagi, banyak sekali keanekaragaman sumber protein baik hewani maupun nabati di Indonesia yang dapat dengan mudah ditemui di lingkungan sekitar.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy bahwa masyarakat dapat menggunakan bahan pangan lokal yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi.
Terdapat banyak bahan pangan lokal yang kaya akan makronutrien dan mikronutrien yang dapat dijumpai di sekitar masyarakat, mulai dari ikan, telur, tahu, tempe, ubi kayu atau singkong, kacang hijau, hingga daun kelor.
Masyarakat dapat bebas berkreasi untuk memanfaatkan bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama bagi anak-anak.
Prevalensi stunting
Peran aktif masyarakat untuk menerapkan pola makan bergizi seimbang tentunya akan mendukung upaya Pemerintah, yang menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Pada saat ini berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan gizi seimbang yang kaya akan protein hewani melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi yang intensif.
Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan intervensi gizi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran untuk mendukung suksesnya percepatan penurunan prevalensi stunting.
Dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting disebutkan bahwa intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya tengkes atau stunting.
Sebagai contoh, intervensi gizi spesifik pada balita meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan, suplementasi vitamin A, suplementasi mikronutrien, dan suplementasi zinc, serta besi.
Sementara intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak langsung terjadinya stunting. Sebagai contoh, intervensi gizi sensitif meliputi pencegahan dan pengobatan balita yang sakit, tata kelola kasus malnutrisi akut sedang dan berat, penyediaan air dan sanitasi, hingga pemberian obat cacing.
Agar upaya pemerintah untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting dapat berjalan sesuai target, peran aktif seluruh pemangku kepentingan hingga masyarakat sangat diperlukan. Pemenuhan gizi seimbang di dalam keluarga menjadi faktor utama yang akan menentukan keberhasilan program penanganan stunting di Tanah Air.
Begitu pentingnya pemberian asupan gizi seimbang bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, pastikan di piring makan anak-anak telah dipenuhi dengan pangan bergizi seimbang dan kaya protein hewani.
Mutu sumber daya manusia sebuah bangsa pada masa mendatang, antara lain, ditentukan oleh ketepatan orang tua dalam memberikan asupan bergizi pada hari ini.
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pentingnya protein hewani untuk memangkas kasus stunting