Ashdod, Israel (ANTARA) - Pemukim ekstremis Yahudi di Israel pada Senin (5/2) terus memblokir bantuan kemanusiaan yang ditujukan untuk masuk ke Jalur Gaza.
Kelompok pemukim tersebut berkumpul dekat Pelabuhan Ashdod, sekitar 35 km utara Jalur Gaza di mana sebagian besar dari 2 juta penduduk Palestina bergulat dengan krisis kemanusiaan yang semakin parah, termasuk kelaparan, kekurangan air bersih, dan tempat tinggal yang tidak memadai.
Dengan dikawal polisi Israel, para pemukim menghentikan truk-truk yang berangkat dari pelabuhan, memeriksa dokumen dan kargo untuk memastikan isi dan tujuan truk tersebut.
Salah satu pemukim, warga Yahudi yang tinggal di Yerusalem, mengatakan dia datang bersama keluarganya untuk menghentikan truk-truk yang dituduhnya memasok kebutuhan ke kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza.
"Gaza adalah sebuah negara. Ini tanahnya, itu sebuah negara. Semua warga Gaza, dari pihak kami, adalah teroris," kata seorang pemukim, Sharon, yang menolak memberikan nama belakangnya.
Meski ada peringatan dari kelompok hak asasi dan badan bantuan bahwa "bencana kemanusiaan" sedang terjadi di Gaza, tetapi Sharon menuduh bantuan tersebut yang terdiri dari makanan dan bahan bakar ditujukan ke Hamas.
"Mengapa kita harus memasok makanan dan bahan bakar ke Gaza? Itu tidak normal... tidak normal bahwa di tanah kami, orang-orang itu menembaki kami," tambah dia.
Sharon mengklaim bahwa setelah serangan lintas batas Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, warga di Gaza "turun ke jalan dan menari-nari."
"Mereka tidak bersedih dengan apa yang terjadi. Islam tidak menyukai kami. Oke. Jadi sekarang waktunya mereka membayar," tukasnya.
Saat ditanya tentang seruan Israel untuk mendirikan pemukiman ilegal Yahudi di Jalur Gaza, Sharon berkata, "Kami akan sangat senang jika akan ada pemukiman (Yahudi) di Gaza... Gaza adalah kota Yahudi 2.000 tahun yang lalu, 500 tahun yang lalu."
Pemukim ekstremis Yahudi telah mengatur aksi protes untuk menghalangi bantuan kemanusiaan dikirim ke Jalur Gaza bagi penduduk Palestina yang menghadapi kelaparan, kekurangan air bersih, dan tempat bernaung.
Menurut survei televisi Channel 12 Israel, 72 persen warga Israel menentang pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa memulangkan tawanan Israel dari Jalur Gaza.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Gaza menyusul serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sedikitnya 27.478 warga Palestina dan melukai 66.835 lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemukim Yahudi terus blokir bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza
Kelompok pemukim tersebut berkumpul dekat Pelabuhan Ashdod, sekitar 35 km utara Jalur Gaza di mana sebagian besar dari 2 juta penduduk Palestina bergulat dengan krisis kemanusiaan yang semakin parah, termasuk kelaparan, kekurangan air bersih, dan tempat tinggal yang tidak memadai.
Dengan dikawal polisi Israel, para pemukim menghentikan truk-truk yang berangkat dari pelabuhan, memeriksa dokumen dan kargo untuk memastikan isi dan tujuan truk tersebut.
Salah satu pemukim, warga Yahudi yang tinggal di Yerusalem, mengatakan dia datang bersama keluarganya untuk menghentikan truk-truk yang dituduhnya memasok kebutuhan ke kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza.
"Gaza adalah sebuah negara. Ini tanahnya, itu sebuah negara. Semua warga Gaza, dari pihak kami, adalah teroris," kata seorang pemukim, Sharon, yang menolak memberikan nama belakangnya.
Meski ada peringatan dari kelompok hak asasi dan badan bantuan bahwa "bencana kemanusiaan" sedang terjadi di Gaza, tetapi Sharon menuduh bantuan tersebut yang terdiri dari makanan dan bahan bakar ditujukan ke Hamas.
"Mengapa kita harus memasok makanan dan bahan bakar ke Gaza? Itu tidak normal... tidak normal bahwa di tanah kami, orang-orang itu menembaki kami," tambah dia.
Sharon mengklaim bahwa setelah serangan lintas batas Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, warga di Gaza "turun ke jalan dan menari-nari."
"Mereka tidak bersedih dengan apa yang terjadi. Islam tidak menyukai kami. Oke. Jadi sekarang waktunya mereka membayar," tukasnya.
Saat ditanya tentang seruan Israel untuk mendirikan pemukiman ilegal Yahudi di Jalur Gaza, Sharon berkata, "Kami akan sangat senang jika akan ada pemukiman (Yahudi) di Gaza... Gaza adalah kota Yahudi 2.000 tahun yang lalu, 500 tahun yang lalu."
Pemukim ekstremis Yahudi telah mengatur aksi protes untuk menghalangi bantuan kemanusiaan dikirim ke Jalur Gaza bagi penduduk Palestina yang menghadapi kelaparan, kekurangan air bersih, dan tempat bernaung.
Menurut survei televisi Channel 12 Israel, 72 persen warga Israel menentang pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa memulangkan tawanan Israel dari Jalur Gaza.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Gaza menyusul serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sedikitnya 27.478 warga Palestina dan melukai 66.835 lainnya, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemukim Yahudi terus blokir bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza