Kuala Lumpur (ANTARA) - Pada pengujung Ramadhan 2024, saat suasana di Tanah Air mulai terasa “kemrungsung” atau tergesa-gesa menyiapkan segala keperluan berhari raya, di tempat pekerja migran Indonesia asal Jawa Timur Nur Yamsi Sakina di Johor Bahru, Malaysia, justru ada kesibukan tersendiri.

Sejak menjelang siang di akhir pekan terakhir bulan Ramadhan itu, sambil menunggu panggilan bekerja dari majikannya, Sakina yang akrab disapa Zaki itu justru sedang sibuk membuat takjil untuk berbuka puasa bersama dua pekerja migran Indonesia lainnya Ditaria Widiastuti asal Gunung Kidul dan Turlasih asal Banyumas.

Siang itu mereka membuat paket takjil untuk dibagikan kepada pekerja migran lainnya di salah satu asrama pekerja di daerah Ulu Tiram, Johor Bahru. Jaraknya sekitar 35 kilometer (km) dari tempat Zaki tinggal ke kawasan industri di Ulu Tiram.

Itu kali kedua mereka membuat sendiri dan membagi-bagikan takjil untuk pekerja migran lainnya pada bulan Ramadan itu. Pekan sebelumnya, menurut Zaki, mereka memasak bubur kacang hijau dan membagikan lebih dari 70 paket takjil kepada pekerja migran di daerah Senai.

Kali ini mereka membuat bakwan dan dadih, harapannya lebih banyak paket takjil bisa dibagikan.

Zaki menyatakan pembagian takjil di Ulu Tiram baru pertama dilakukan karena tahun-tahun sebelumnya lebih sering di Senai. Namun karena ada juga permintaan datang dari pekerja migran yang juga mahasiswa dari Universitas Terbuka (UT) Kelompok Belajar (Pokjar) Johor bertempat tinggal di sana, maka pembagian takjil kali itu dilakukan di kawasan industri tersebut.

Semerbak bau bakwan goreng dan harumnya pandan dari adonan dadih segera menggoda iman dari mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan di dapur yang cukup luas yang digunakan menyiapkan takjil siang itu.

  Ditaria Widiastuti, Pekerja Migran asal Gunung Kidul menyusun takjil yang akan dibagikan kepada pekerja migran lainnya di salah satu pabrik di Johor Bahru, Malaysia, Minggu (7/4/2024). Pekerja migran Indonesia yang juga menjadi mahasiswa Universitas Terbuka Pokjar Johor masih sibuk membuat dan membagikan takjil kepada pekerja migran lainnya menjelang perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah. ANTARA/Virna P Setyorini

Zaki menggoda junior-juniornya, Dita dan Asih, ”Sana buka. Puasa bedug." Godaan itu disambut tawa keduanya.

Turlasih yang disapa Asih mengaku hampir 2 tahun bekerja di Malaysia dan rencananya, perusahaan akan memperpanjang kontrak kerjanya untuk 1 tahun berikutnya. Dita yang suka menulis novel juga tidak terlalu berbeda dengan Asih jika dibandingkan Zaki yang memang sudah cukup lama menjadi pekerja migran.

Sambil menyelesaikan pembuatan dadih dan bakwan, Zaki juga menceritakan bagaimana awalnya anak-anak mahasiswa UT di sana lebih senang memanggilnya Emak. Sebagai Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) UT Pokjar Johor ia mengatakan sengaja menggunakan pendekatan kekeluargaan kepada semua anggota PPI di sana ataupun kepada mahasiswa-mahasiswa UT lainnya yang mayoritas memang pekerja migran.

Zaki yang baru saja kembali terpilih menjabat Ketua PPI UT Pokjar Johor itu mengaku tidak mudah mengajak teman-teman pekerja migran yang kini sedang melanjutkan kuliah di UT untuk mau berorganisasi lewat PPI. Padahal, menurut dia, berorganisasi akan mengajarkan banyak hal kepada pekerja migran Indonesia yang rata-rata berusia muda itu.

"Anggota dan pengurus PPI tahun ini masih muda-muda semua, Mbak. Ya, kayak mereka ini rata-rata," kata Zaki sambil mengarahkan pandangan kepada Dita dan Asih yang terus sibuk menyelesaikan tugas membuat takjil.

Tidak lama Saripah Nurani yang biasa disapa Ifah tiba, sambil membawa beberapa tisu dapur untuk mengeringkan minyak dari bakwan-bakwan yang sudah digoreng Asih dan Dita. Ifah asal Jawa Barat lebih lama bekerja di Malaysia, tepatnya di Johor Bahru, jika dibandingkan Dita dan Asih.

Ifah segera saja menghampiri Zaki sambil meminta maaf tidak bisa datang membantu takjil sebelumnya. Segera saja omelan panjang mengalir dari mulut Zaki, sedangkan Dita dan Asih hanya senyum-senyum saja melihat kejadian itu.

Siang itu Ifah dan pewarta ANTARA ikut membantu memasukkan bakwan dan dadih ke dalam kotak-kotak makanan untuk dijadikan paket-paket takjil yang akan dibagikan. Menjelang pukul 16.00 waktu Malaysia (MYT), semua sudah hampir siap. Setidaknya lebih dari 180 paket takjil siap untuk dibagikan.

Satu per satu dari mereka mandi dan mulai berdandan mempercantik diri setelah semua siap dan dapur sudah kembali bersih. Maklum, mereka nanti akan berkumpul dan bertemu dengan lebih banyak rekan pekerja migran yang tidak hanya datang dari Indonesia.

Tepat pukul 17.00 waktu setempat, semua mengarah ke Ulu Tiram, beberapa pekerja migran yang juga anggota PPI UT Pokjar Johor sudah menunggu tidak sabar di asrama. Hanya beberapa menit sebelum azan Magrib, semua paket takjil sudah habis mereka bagikan kepada tidak saja pekerja migran asal Indonesia tetapi juga beberapa dari Nepal dan Myanmar.

  Sejumlah Pekerja Migran Indonesia membagaikan takjil kepada lainnya yang bekerja di salah satu pabrik di Johor Bahru, Malaysia, Minggu (7/4/2024). Pekerja Migran Indonesia yang juga menjadi mahasiswa Universitas Terbuka Pokjar Johor masih sibuk membuat dan membagikan takjil kepada pekerja migran lainnya menjelang perayaan Idul Fitri 1445 Hijriah. (ANTARA/Virna P Setyorini) 


Fitri Wulandari yang biasa disapa Wulan, pekerja migran asal Cianjur yang sore itu ikut membagikan takjil, kebetulan juga merupakan penghuni asrama pekerja dari perusahaan yang memproduksi elektronik itu. Ia juga merupakan salah seorang mahasiswa UT di sana, melanjutkan studi Ilmu Administrasi Bisnis.

Ia mengaku sudah 5 tahun bekerja di sana dan memperkirakan lebih dari seribuan lebih warga negara Indonesia (WNI) ada di sana, di berbagai tingkatan. Yang menjadi mahasiswa UT ada sekitar 45 orang.

Setelah selesai membagikan takjil dan berbuka puasa ala kadarnya dengan air mineral, mereka berpindah tempat berbuka puasa bersama di salah satu restoran di Johor Bahru, tempat rekan pekerja migran mereka lainnya bekerja. Lebih dari 20 pengurus dan anggota PPI UT Johor bergabung di sana, sambil membahas rencana berlebaran bersama.

Semuanya tidak pulang kampung pada hari raya kali ini. Beberapa ada yang tetap bekerja, ada pula yang berencana melakukan staycation  bersama dan memasak menu soto ayam untuk dinikmati bersama selepas melaksanakan Shalat Idul Fitri besok.

Beberapa di antara mereka memang mengatakan rasanya akan berbeda merayakan Idul Fitri di Tanah Air dengan di perantauan. Keberadaan orang tua dan keluarga, serta kemeriahan takbir keliling di kampung halaman, menjadi kerinduan tersendiri bagi mereka.

Namun, semua itu agak terobati dengan kekompakan dan kebersamaan teman-teman sesama pekerja migran di sana yang sering kali melakukan kegiatan bersama. Salah satunya dengan berbagi takjil dan berhari raya bersama di perantauan.


 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kebersamaan pekerja migran Indonesia di Malaysia jelang Idul Fitri

Pewarta : Virna P Setyorini
Editor : Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2024