Solo, (AntaraKL) - Sumarso perajin sarung keris warga Jalan Untung Suropati RT.03/RW.04 Kedung Lumbu, Pasar Kliwon Solo, Jawa Tengah, tetap eksis melayani pelanggan yang kebanyakan masyarakat menengah-atas dan para pejabat.
"Keris merupakan senjata budaya jawa, sedangkan pemiliknya sering membuatkan sarungnya agar lebih gagah dan bernilai seni tinggi," kata Sumarso yang mengaku menggeluti usaha ekonomi kreatif jenis kerajinan sarung pusaka keris itu, sejak 1995 hingga sekarang, di Solo, Sabtu (30/5).
Sumarso menjelaskan, pelanggannya kebanyakan masyarakat kalangan menengah ke atas, dan bahkan ada penjabat tinggi setingkat menteri serta anggota DPR RI pada pemerintahaan sebelumnya.
Namun, Sumarso enggan menyebutkan siapa nama para pejabat tinggi pelanggan kerajinan "warangka" atau sarung keris tersebut.
Menurut Sumarso, membuat kerajinan sarung keris bahan baku kayu bervariasi antara lain kayu cendana yang nilainya tinggi, kayu banggol jati, dan kayu sawo.
Harga kerajinan sarung keris, kata dia, jika dengan bahan baku kayu cendana satu unit bisa ditawarkan hingga Rp5 juta, sedangkan bahan bonggol jati sekitar Rp1,25 juta per warangka.
"Saya menekuni kerajinan sarung keris karena mempunyai jiwa seni sejak usia 26 tahun dan kini usaha ini berkembang kemudian memiliki 'Bengkel Seni Sumarso'," katanya.
Sumarso menjelaskan, pihaknya selama menjadi perajin sarung keris tersebut pernah membuatkan pusaka milik seorang pejabat tinggi, dengan pamor 'Randuru' dan 'udan panas'.
Menurut dia, pihaknya jika sedang kebanjiran pesanan bisa dibantu dengan lima tenaga kerja, tetapi kondisi sepi hanya mengerjakan sendiri.
"Kami juga banyak membuat pesanan tongkat komando yang dijual dari harga Rp1 juta hingga Rp1,7 juta per biji, sedangkan sarung untuk tombak hanya Rp300 ribu per biji," katanya.
Sumarso menjelaskan, proses pembuatan sarung keris terdiri dari pegangan atau sering disebut garan atau ukiran, kemudian rangka dan pendok (hiasan pada pegangan keris). Seorang perajin sarung keris dituntut memiliki ketelitian, kesabaran, dan kreatif berjiwa seni.
Oleh karena itu, perajin sarung keris kadang kesulitan mencari tenaga kerja terampil yang bisa membuat kerajinan sarung keris, sehingga kini semakin langka. (Sumarwoto/sh)