Jakarta (ANTARA) - Grand Syekh Al Azhar Mesir Ahmad Al Thayyeb mengatakan, umat Islam sangat berhutang jasa kepada Muhammadiyah sehingga berhak atas penghargaan Zayed Award Human Fraternity (ZAHF) di bidang persaudaraan kemanusiaan.
Dari keterangan dari Muhammadiyah yang diterima di Jakarta, Jumat, Grand Syekh Al Azhar mengatakan, dirinya bangga atas pencapaian Muhammadiyah itu. Menurutnya, penghargaan itu lebih kecil daripada apa yang seharusnya didapatkan oleh Muhammadiyah.
“Mengingat kontribusinya dalam hal pendidikan, sosial, dakwah, dan mempromosikan perdamaian dunia,” ujarnya.
Dia berharap Muhammadiyah dapat terus memberikan pencerahan kepada dunia, khususnya umat Islam, untuk menegakkan sunnah dengan sebaik-baiknya, guna mewujudkan umat Islam yang bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya, sesuai Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah kembali mendapat kunjungan Grand Syekh Al Azhar Mesir Ahmad Al Thayyeb dan berkesempatan dialog bersama jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, serta para tokoh agama lainnya.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni mengatakan bahwa Muhammadiyah telah menerima Zayed Award Human Fraternity (ZAHF) di bidang persaudaraan kemanusiaan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada keluarga besar Al Azhar yang telah menjadi contoh bagi Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan dan penyebaran Islam sebagai agama yang membawa nilai nilai kemajuan, peradaban, dan inspirasi.
"Al Azhar bagi kami dan bahkan bagi umat Islam bangsa Indonesia sudah lekat dalam sejarah perjalanan dunia karena kami yakin dan kami tahu belajar dari sejarah bahwa Al Azhar adalah salah satu dari tonggak peradaban Islam," kata Haedar.
Haedar pun menyampaikan kelekatan Muhammadiyah dan Al Azhar. Dia mencontohkan, Kiai Dahlan, pendiri Muhammadiyah, belajar dan menyerap ide ide dari Muhammad Abduh Al Azhar. Prof Kahar Muzakir, pahlawan Nasional, juga pendidikan Al Azhar dan menjadi diplomat setelah Indonesia Merdeka.
Bahkan, ujarnya, Buya Hamka pada tahun 1958 bahkan mendapat gelar dari Al Azhar setingkat doktor Honoris Causa.
Oleh karena itu, dia menilai kunjungan Grand Syekh Al Azhar memberi muatan bagi Muhammadiyah dan Al Azhar untuk terus menyebarluaskan nilai-nilai moderasi keislaman.
Selain itu, dia memberi apresiasi atas atas kiprah Grand Syekh Al Azhar yang telah mempromosikan nilai-nilai moderasi keislaman di kancah internasional, serta bersama Paus Fransiskus terus mempromosikan moderasi di tengah dinamika global.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Grand Syekh Al Azhar: Umat Islam berhutang jasa pada Muhammadiyah
Dari keterangan dari Muhammadiyah yang diterima di Jakarta, Jumat, Grand Syekh Al Azhar mengatakan, dirinya bangga atas pencapaian Muhammadiyah itu. Menurutnya, penghargaan itu lebih kecil daripada apa yang seharusnya didapatkan oleh Muhammadiyah.
“Mengingat kontribusinya dalam hal pendidikan, sosial, dakwah, dan mempromosikan perdamaian dunia,” ujarnya.
Dia berharap Muhammadiyah dapat terus memberikan pencerahan kepada dunia, khususnya umat Islam, untuk menegakkan sunnah dengan sebaik-baiknya, guna mewujudkan umat Islam yang bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya, sesuai Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah kembali mendapat kunjungan Grand Syekh Al Azhar Mesir Ahmad Al Thayyeb dan berkesempatan dialog bersama jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, serta para tokoh agama lainnya.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni mengatakan bahwa Muhammadiyah telah menerima Zayed Award Human Fraternity (ZAHF) di bidang persaudaraan kemanusiaan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada keluarga besar Al Azhar yang telah menjadi contoh bagi Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan dan penyebaran Islam sebagai agama yang membawa nilai nilai kemajuan, peradaban, dan inspirasi.
"Al Azhar bagi kami dan bahkan bagi umat Islam bangsa Indonesia sudah lekat dalam sejarah perjalanan dunia karena kami yakin dan kami tahu belajar dari sejarah bahwa Al Azhar adalah salah satu dari tonggak peradaban Islam," kata Haedar.
Haedar pun menyampaikan kelekatan Muhammadiyah dan Al Azhar. Dia mencontohkan, Kiai Dahlan, pendiri Muhammadiyah, belajar dan menyerap ide ide dari Muhammad Abduh Al Azhar. Prof Kahar Muzakir, pahlawan Nasional, juga pendidikan Al Azhar dan menjadi diplomat setelah Indonesia Merdeka.
Bahkan, ujarnya, Buya Hamka pada tahun 1958 bahkan mendapat gelar dari Al Azhar setingkat doktor Honoris Causa.
Oleh karena itu, dia menilai kunjungan Grand Syekh Al Azhar memberi muatan bagi Muhammadiyah dan Al Azhar untuk terus menyebarluaskan nilai-nilai moderasi keislaman.
Selain itu, dia memberi apresiasi atas atas kiprah Grand Syekh Al Azhar yang telah mempromosikan nilai-nilai moderasi keislaman di kancah internasional, serta bersama Paus Fransiskus terus mempromosikan moderasi di tengah dinamika global.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Grand Syekh Al Azhar: Umat Islam berhutang jasa pada Muhammadiyah