Jakarta (ANTARA) - Anak-anak sanggar bimbingan dan pekerja migran Indonesia di Penang, Malaysia, memperoleh motivasi dan literasi yang memperkuat wawasan dan identitas kebangsaan mereka.

Dosen Universitas Lampung (Unila) Moh Nizar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan isu pekerja migran Indonesia begitu kompleks dan multidimensi, bahkan bisa berujung pada isu “state less”.   

Anak-anak pekerja migran Indonesia yang telah tinggal di negeri jiran sejak lahir, tidak mendapat pelajaran dan wawasan tentang Indonesia sebanyak mereka yang memang lahir dan besar di Tanah Air. Karena itu, ia mengatakan, sejumlah dosen dari Jurusan Hubungan Internasional Unila memberikan motivasi dan bimbingan kepada anak-anak pekerja migran di Sanggar Bimbingan Permai Penang itu.  

Ia mengatakan globalisasi ikut mendorong perubahan gaya hidup anak-anak yang sebelumnya terbiasa bermain tatap muka, memainkan permainan tradisional, menjadi berubah mengikuti perkembangan teknologi digital dan lebih mengenal permainan di dunia maya seperti “game online”.

Menurut dia, akan juga jauh lebih bermanfaat apabila anak-anak diberikan literasi digital, sehingga dari sana wawasan kebangsaan dapat diberikan secara digital untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan hingga mengetahui budaya Indonesia mengetahui permainan-permainan tradisional.

Secara lembaga, kata Moh Nizar, para dosen juga berharap dapat menjalin kerja sama berkelanjutan dengan Permai Malaysia, organisasi masyarakat yang beranggotakan WNI hingga diaspora yang ada di wilayah Penang dan sekitarnya.

Sementara itu, Wakil Presiden Permai Malaysia Khozaeni Rahmad mengatakan kedatangan para dosen di sana amat bermakna menambah wawasan anak-anak sekaligus orang tua mereka yang hadir. Mereka merasa sangat dihargai dengan kehadiran para dosen dari Indonesia itu dalam sesi berbagi ilmu tentang cinta Tanah Air.

“Selama ini mereka tidak tahu apa-apa,” kata Khozaeni.

Dengan kondisi para pekerja migran Indonesia di sana ada yang menikah dengan warga asing dari berbagai negara maka, menurut dia, penyampaian materi literasi kebangsaan dan rasa cinta Tanah Air menjadi sangat penting. Sehingga anak-anak mereka juga paham tentang negara asal ibunya.

Harapannya program semacam itu terus dapat dilaksanakan berkelanjutan dan diikuti oleh perguruan tinggi lainnya, sebagai bentuk dan upaya mencerdaskan anak-anak bangsa yang ada di luar Indonesia, khususnya di Malaysia, kata Khozaeni.

Selain diikuti puluhan anak-anak sanggar bimbingan dan para orang tua, kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (28/9) itu juga diikuti juga oleh Sekretaris Jenderal Permai Penang Agung Priatin dan Wakil Sekretaris Jenderal Permai Penang Hanif Abdurahman Siswanto.

Sedangkan dari Unila hadir pula Ketua Jurusan Departemen Hubungan Internasional Simon Sumanjoyo, lalu dosen Astiwi Inayah, Gita Karisma, Tety Rachmawati, Rahayu Lestari, Khairunnisa Simbolon, Roby Rakhmadi, Nibras Fadhlilah, dan Emirulyta Harda Ninggar yang merupakan dosen ilmu komunikasi dari kampus tersebut.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Anak sanggar bimbingan di Penang peroleh literasi wawasan kebangsaan 

Pewarta : Virna P Setyorini
Editor : Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2024