Kuala Lumpur, (ANTARA News) - Sejumlah produk busana karya sejumlah desainer terkemuka Indonesia ditampilkan pada acara "Style Soiree" yang berlangsung di Allia Suites, Alila Hotel Bangsar, Kuala Lumpur, Jumat (15/02).
Kegiatan yang diprakarsai CEO Argo Apparel Group Melinda Babyanna bekerjasama Rimbi Brachmachari, Lia Candrasari dan Alila Hotel Bangsar berlangsung mulai pukul 13.00 hingga pukul 18.00 sore dan turut dihadiri Atase Perdagangan KBRI Kuala Lumpur, Riffah Arini.
Sejumlah karya busana desainer Indonesia yang ditampilkan adalah Neusa, Madeind, Billy Tjong dan Purana Resort Collection.
Madeind dan Billy Tjong menampilkan tema "Urban Revival" dengan menghadirkan "The Beauty of West Kutai" yang mengolah kearifan lokal tenun ulap doyo dari Kutai Barat menjadi busana yang berdaya pakai tinggi.
Sejumlah model diantaranya Ina Alia, Aline Indah, Dea Mirella dan Heera SKV turut menyemarakkan kegiatan yang dihadiri sejumlah pengunjung warga Malaysia dan WNI yang tinggal di negeri jiran.
CEO Argo Apparel Group Melinda Babyanna ketika ditemui mengatakan pihaknya memang tahun ini mau melakukan ekspansi ke Asia dan sudah ada "buyer" dari Hongkong dan Singapura.
"Argo Apparel adalah anak perusahaan dari Agro Manunggal Tekstil. Argo dikembangkan mulai 2016 dan bertujuan untuk memberdayakan desainer lokal ke pasar retail karena saat ini pasar desainer masuk ke industri retail sedikit sekali," katanya.
Dia mengatakan hampir semua sibuk membuat baju "custom" atau baju pesanan sedangkan pasar luar negeri masuk karena pihaknya mengembangkan www.made-ind.com yang menjadi platform e-commerce.
"Kami di situ mengundang beberapa brand yang kita kurasi. Kami beli putus mereka. Mereka membuat kapsul koleksi terbatas. Kami ingin memberdayakan mereka. Kalau mereka membuat desain kemudian tidak tahu menjualnya dimana akan hilang," katanya.
Dia mengatakan saat ini sudah 12 desainer yang bergabung dan setiap brand beda desainer karena pihaknya mau mereka mendapatkan kesempatan yang sama.
Tentang pasar di Kuala Lumpur, Melinda melihatnya cukup positif responnya sedangkan harga yang mereka jual mulai RM 500 hingga RM 800 karena memang pihaknya segmen-nya "midle market".
"Saya bilang ke desainer-nya walaupun kami beli `whole sale` kalian sudah harus ada margin. Poinnya kita nggak mau beli murah terus jual mahal tetapi ada CSR-nya karena kita ingin memberdayakan desainer ke pasar retail," katanya.
Kegiatan yang diprakarsai CEO Argo Apparel Group Melinda Babyanna bekerjasama Rimbi Brachmachari, Lia Candrasari dan Alila Hotel Bangsar berlangsung mulai pukul 13.00 hingga pukul 18.00 sore dan turut dihadiri Atase Perdagangan KBRI Kuala Lumpur, Riffah Arini.
Sejumlah karya busana desainer Indonesia yang ditampilkan adalah Neusa, Madeind, Billy Tjong dan Purana Resort Collection.
Madeind dan Billy Tjong menampilkan tema "Urban Revival" dengan menghadirkan "The Beauty of West Kutai" yang mengolah kearifan lokal tenun ulap doyo dari Kutai Barat menjadi busana yang berdaya pakai tinggi.
Sejumlah model diantaranya Ina Alia, Aline Indah, Dea Mirella dan Heera SKV turut menyemarakkan kegiatan yang dihadiri sejumlah pengunjung warga Malaysia dan WNI yang tinggal di negeri jiran.
CEO Argo Apparel Group Melinda Babyanna ketika ditemui mengatakan pihaknya memang tahun ini mau melakukan ekspansi ke Asia dan sudah ada "buyer" dari Hongkong dan Singapura.
"Argo Apparel adalah anak perusahaan dari Agro Manunggal Tekstil. Argo dikembangkan mulai 2016 dan bertujuan untuk memberdayakan desainer lokal ke pasar retail karena saat ini pasar desainer masuk ke industri retail sedikit sekali," katanya.
Dia mengatakan hampir semua sibuk membuat baju "custom" atau baju pesanan sedangkan pasar luar negeri masuk karena pihaknya mengembangkan www.made-ind.com yang menjadi platform e-commerce.
"Kami di situ mengundang beberapa brand yang kita kurasi. Kami beli putus mereka. Mereka membuat kapsul koleksi terbatas. Kami ingin memberdayakan mereka. Kalau mereka membuat desain kemudian tidak tahu menjualnya dimana akan hilang," katanya.
Dia mengatakan saat ini sudah 12 desainer yang bergabung dan setiap brand beda desainer karena pihaknya mau mereka mendapatkan kesempatan yang sama.
Tentang pasar di Kuala Lumpur, Melinda melihatnya cukup positif responnya sedangkan harga yang mereka jual mulai RM 500 hingga RM 800 karena memang pihaknya segmen-nya "midle market".
"Saya bilang ke desainer-nya walaupun kami beli `whole sale` kalian sudah harus ada margin. Poinnya kita nggak mau beli murah terus jual mahal tetapi ada CSR-nya karena kita ingin memberdayakan desainer ke pasar retail," katanya.