Kuala Lumpur (ANTARA) - Duta Besar RI di Kuala Lumpur Rusdi Kirana meminta Pemerintah Malaysia agar memberikan izin pendirian Community Learning Center (CLC) untuk anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Semenanjung Malaysia.
"Pendirian CLC di Sibu, Miri dan Tawau (Sabah dan Sarawak) tidak hanya membantu anak-anak tetapi juga orang tua-nya agar semangat bekerja lebih baik. Di Semenanjung diharapkan bisa diijinkan. Guru, kurikulum dan biaya-nya dari Indonesia," ujar Rusdi ketika diwawancarai wartawan saat media gathering di KBRI Kuala Lumpur, Rabu.
Rusdi Kirana mengatakan hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan izin pendirian CLC di Semenanjung Malaysia.
"Para TKI di Semenanjung Malaysia tersebut banyak yang tidak memiliki dokumen. Kalau memiliki dokumen akan bisa ber-sekolah di Sekolah Indonesia atau Sekolah Malaysia. Mereka tidak punya dokumen dan orang tua-nya rendah pendapatan sehingga tidak bisa sekolah," katanya.
Rusdi mengatakan pihaknya hanya membutuhkan dua kamar saja untuk mendirikan CLC sedangkan di Sabah - Sarawak saat ini sudah ada sekitar 200 CLC.
"Kalau Semenanjung ada di Johor Bahru, Penang, Kuala Lumpur. Berapa CLC yang diperlukan kami belum tahu persis tetapi kami akan konsentrasi ke tempat-tempat yang banyak WNI-nya," katanya.
Rusdi mengatakan pendirian CLC di Sabah dan Sarawak mulai 2005 dan pihaknya mulai meningkatkan dengan sekolah kejuruan seperti jurusan perhotelan dan kuliner karena anak-anaknya sudah besar
"Kalau mereka bekerja di Kinabalu karena wisatawan banyak mereka bisa bekerja di sana namun kalau tidak ada pekerjaan mereka bisa pulang ke Indonesia," katanya.
"Pendirian CLC di Sibu, Miri dan Tawau (Sabah dan Sarawak) tidak hanya membantu anak-anak tetapi juga orang tua-nya agar semangat bekerja lebih baik. Di Semenanjung diharapkan bisa diijinkan. Guru, kurikulum dan biaya-nya dari Indonesia," ujar Rusdi ketika diwawancarai wartawan saat media gathering di KBRI Kuala Lumpur, Rabu.
Rusdi Kirana mengatakan hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan izin pendirian CLC di Semenanjung Malaysia.
"Para TKI di Semenanjung Malaysia tersebut banyak yang tidak memiliki dokumen. Kalau memiliki dokumen akan bisa ber-sekolah di Sekolah Indonesia atau Sekolah Malaysia. Mereka tidak punya dokumen dan orang tua-nya rendah pendapatan sehingga tidak bisa sekolah," katanya.
Rusdi mengatakan pihaknya hanya membutuhkan dua kamar saja untuk mendirikan CLC sedangkan di Sabah - Sarawak saat ini sudah ada sekitar 200 CLC.
"Kalau Semenanjung ada di Johor Bahru, Penang, Kuala Lumpur. Berapa CLC yang diperlukan kami belum tahu persis tetapi kami akan konsentrasi ke tempat-tempat yang banyak WNI-nya," katanya.
Rusdi mengatakan pendirian CLC di Sabah dan Sarawak mulai 2005 dan pihaknya mulai meningkatkan dengan sekolah kejuruan seperti jurusan perhotelan dan kuliner karena anak-anaknya sudah besar
"Kalau mereka bekerja di Kinabalu karena wisatawan banyak mereka bisa bekerja di sana namun kalau tidak ada pekerjaan mereka bisa pulang ke Indonesia," katanya.