Kuala Lumpur (ANTARA) - Akademisi komunikasi dari Indonesia memberikan presentasi tentang komunikasi bencana pada Konferensi Internasional Komunikasi dan Media di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor, Rabu.
Presentasi tersebut disampaikan oleh dosen komunikasi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Prof Dr Rajab Ritonga dan dosen komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Dr Puji Lestari.
Karya ilmiah yang berjudul "Komunikasi Bencana menggunakan Simulasi Gladi Lapang sebagai Aspek Penting Penting Pengurangan Resiko Bencana" juga dikerjakan oleh dosen Program Studi Informatika Universitas Teknologi Yogyakarta, Catrinadia Christie Br Barus.
Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara yang menjadi daerah rawan bencana erupsi Gunung Sinabung menjadi obyek studi ketiga akademisi tersebut.
Sejumlah subyek yang mereka teliti adalah Kepala Pos Pengamatan Sinabung, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Asisten Bupati, Kepala Dinas Kominfo, para wartawan, korban dan relawan.
Penelitian mereka bertujuan untuk menemukan model komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung melalui sebuah simulasi yang mereka namakan simulasi gladi lapang.
"Penelitian ini memberikan kontribusi berupa model komunikasi baru dalam proses pengurangan resiko bencana erupsi Gunung Sinabung melalui simulasi gladi lapang yang dinilai efektif meningkatkan masyarakat tangguh bencana," jelas Rajab Ritonga.
Model komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung melalui simulasi gladi lapangan menunjukkan adanya proses komunikasi dalam pengurangan resiko bencana sesuai dengan teori Source-Message-Channel-Receiver (SMCR).
"Proses komunikasi diawali dari komunikator menyampaikan pesan adanya bahaya erupsi Gunung Sinabung yang dibekali dengan ketrampilan komunikasi, sikap (attitude), pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Komunikator adalah petugas pos pengamanan. Pos pengamanan meneruskan kepada Kepala BPBD, bupati, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait seperti Kominfo, Dinas Pertanian, kepala desa, kemudian wartawan dan masyarakat terdampak," terangnya.
Pesan tersebut, ujar Rajab Ritonga intinya merupakan upaya penyelamatan dan pengurangan resiko bencana pada saat tanggap darurat dengan pesan yang jelas dan dapat diterima masyarakat.
Contoh pesan yang diterima tentang informasi bencana, informasi cara penyelamatan, informasi pengurangan resiko bencana, informasi tempat mengungsi, informasi bantuan logistik dan informasi kesehatan.
"Media yang digunakan yaitu handy talky (HT), ponsel, radio komunitas, media online dan media massa lainnya. Respon berupa gerakan yang cepat, tepat dan akurat dari kepala daerah, OPD terkait serta masyarakat dipimpin oleh BPBD dan TNI/Polri," lanjutnya.
Rajab menegaskan penelitian menemukan model komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung melalui simulasi gladi lapang sudah dinilai efektif untuk pengurangan resiko bencana.
Para penulis merekomendasikan kepada pemerintah untuk melakukan komunikasi bencana melalui simulasi terus menerus pada saat terjadi bencana agar membentuk masyarakat tanggung bencana.
Presentasi tersebut disampaikan oleh dosen komunikasi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Prof Dr Rajab Ritonga dan dosen komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Dr Puji Lestari.
Karya ilmiah yang berjudul "Komunikasi Bencana menggunakan Simulasi Gladi Lapang sebagai Aspek Penting Penting Pengurangan Resiko Bencana" juga dikerjakan oleh dosen Program Studi Informatika Universitas Teknologi Yogyakarta, Catrinadia Christie Br Barus.
Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara yang menjadi daerah rawan bencana erupsi Gunung Sinabung menjadi obyek studi ketiga akademisi tersebut.
Sejumlah subyek yang mereka teliti adalah Kepala Pos Pengamatan Sinabung, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Asisten Bupati, Kepala Dinas Kominfo, para wartawan, korban dan relawan.
Penelitian mereka bertujuan untuk menemukan model komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung melalui sebuah simulasi yang mereka namakan simulasi gladi lapang.
"Penelitian ini memberikan kontribusi berupa model komunikasi baru dalam proses pengurangan resiko bencana erupsi Gunung Sinabung melalui simulasi gladi lapang yang dinilai efektif meningkatkan masyarakat tangguh bencana," jelas Rajab Ritonga.
Model komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung melalui simulasi gladi lapangan menunjukkan adanya proses komunikasi dalam pengurangan resiko bencana sesuai dengan teori Source-Message-Channel-Receiver (SMCR).
"Proses komunikasi diawali dari komunikator menyampaikan pesan adanya bahaya erupsi Gunung Sinabung yang dibekali dengan ketrampilan komunikasi, sikap (attitude), pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Komunikator adalah petugas pos pengamanan. Pos pengamanan meneruskan kepada Kepala BPBD, bupati, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait seperti Kominfo, Dinas Pertanian, kepala desa, kemudian wartawan dan masyarakat terdampak," terangnya.
Pesan tersebut, ujar Rajab Ritonga intinya merupakan upaya penyelamatan dan pengurangan resiko bencana pada saat tanggap darurat dengan pesan yang jelas dan dapat diterima masyarakat.
Contoh pesan yang diterima tentang informasi bencana, informasi cara penyelamatan, informasi pengurangan resiko bencana, informasi tempat mengungsi, informasi bantuan logistik dan informasi kesehatan.
"Media yang digunakan yaitu handy talky (HT), ponsel, radio komunitas, media online dan media massa lainnya. Respon berupa gerakan yang cepat, tepat dan akurat dari kepala daerah, OPD terkait serta masyarakat dipimpin oleh BPBD dan TNI/Polri," lanjutnya.
Rajab menegaskan penelitian menemukan model komunikasi bencana erupsi Gunung Sinabung melalui simulasi gladi lapang sudah dinilai efektif untuk pengurangan resiko bencana.
Para penulis merekomendasikan kepada pemerintah untuk melakukan komunikasi bencana melalui simulasi terus menerus pada saat terjadi bencana agar membentuk masyarakat tanggung bencana.