KUALA LUMPUR (ANTARA) - Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) asal Batam yang tinggal di Kuala Lumpur, Fifi, mengirimkan bantuan 25 nasi kotak gratis setiap hari kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang membutuhkan selama Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau isolasi wilayah terkait COVID-19.
"Kegiatan ini mulai 1 April 2020 setelah ada perpanjangan PKP dari Pemerintah Malaysia hingga 14 April 2020. Kami kirim 25 kotak ke relawan atau TKI yang ditunjuk KNPI, saya antarkan ke mereka. Saya hanya berpikir, sekalian masak untuk makan siang agak banyak," ujar Fifi ketika dihubungi di Kuala Lumpur, Selasa.
Ibu rumah tangga yang tinggal di Subang Jaya itu pindah ke Malaysia Juli 2019 karena mengikuti suaminya seorang ekspatriat yang bekerja di perusahaan minyak dan gas di Malaysia, sedangkan dia sendiri mempunyai usaha kecil-kecilan di Batam.
"Menunya ganti-ganti, seperti menu hari ini ikan suwir cabe hijau, tumis sawi dan sambal goreng hati, apa yang keluarga saya makan hari ini, yang dibagikan ke teman-teman yang membutuhkan juga sama," kata wanita yang mengaku tamatan Fakultas Hukum Universitas Terbuka tersebut.
Wanita yang biasa dipanggil Kak Fifi ini juga mengantre sendiri untuk mendapatkan bahan makanan di swalayan yang jam operasionalnya dibatasi, pukul 08.00 hingga 20.00 waktu setempat.
"Ada pembantu muslim yang ikut saya hampir tujuh tahun, jadi makanannya halal. Suami sangat mendukung dan sebagai donatur. Cuma beliau berpesan harus seimbang antara urusan rumah tangga dan harus dilakukan dengan ikhlas," katanya.
Fifi mengatakan hingga (6/4) ia sudah membagikan 151 kotak dan akan dilakukan hingga PKP berakhir. Kegiatan berbagi nasi bukan aktivitas baru bagi Fifi karena kegiatan serupa pernah dilakukan di Batam.
"Dulu pernah di Batam kegiatan berbagi nasi setiap malam Minggu dikoordinasikan oleh eks karyawan saya, jadi setiap malam Minggu mereka mengambil makanan ke rumah saya. Makanan dibagikan ke mereka yang masih ngamen sampai malam dan 'homeless'," katanya.
Pada kesempatan itu, Fifi ingin mengetuk hati WNI yang tinggal di Malaysia, khususnya mereka yang lebih beruntung. "Mereka mesti dibantu terlepas mereka masuk ke Malaysia ilegal, visa pelancong tetapi dibuat kerja. Apapun itu coba berbagi sedikit buat mereka yang sangat membutuhkan. Kita tahu mereka yang masuk ke sini tidak malas, mereka mau bekerja tetapi keadaan yang membuat seperti ini," paparnya.
Fifi mengatakan tujuan berbagi nasi kotak tersebut hanya sebagai bentuk solidaritas membantu mereka. Sekecil apapun yang penting ikhlas pasti akan berarti. "Saya rasa dengan menyisihkan sedikit penghasilan kita untuk mereka tidak akan membuat kita berkekurangan. Buat nama Indonesia jadi lebih baik lagi di mata negara tetangga," katanya.
Fifi mengaku lokasi yang paling jauh saat dia mengantar makanan adalah di Genting Highland, sekitar 100 kilometer pulang pergi. "Asal alamatnya mudah, kami jalan. Beberapa kali bertemu polisi (PDRM) yang melakukan razia di jalan raya, namun kalau ditunjukkan kita sedang mengantar makanan polisi mempersilakan dan kita diminta cepat kembali," ucapnya.
"Kegiatan ini mulai 1 April 2020 setelah ada perpanjangan PKP dari Pemerintah Malaysia hingga 14 April 2020. Kami kirim 25 kotak ke relawan atau TKI yang ditunjuk KNPI, saya antarkan ke mereka. Saya hanya berpikir, sekalian masak untuk makan siang agak banyak," ujar Fifi ketika dihubungi di Kuala Lumpur, Selasa.
Ibu rumah tangga yang tinggal di Subang Jaya itu pindah ke Malaysia Juli 2019 karena mengikuti suaminya seorang ekspatriat yang bekerja di perusahaan minyak dan gas di Malaysia, sedangkan dia sendiri mempunyai usaha kecil-kecilan di Batam.
"Menunya ganti-ganti, seperti menu hari ini ikan suwir cabe hijau, tumis sawi dan sambal goreng hati, apa yang keluarga saya makan hari ini, yang dibagikan ke teman-teman yang membutuhkan juga sama," kata wanita yang mengaku tamatan Fakultas Hukum Universitas Terbuka tersebut.
Wanita yang biasa dipanggil Kak Fifi ini juga mengantre sendiri untuk mendapatkan bahan makanan di swalayan yang jam operasionalnya dibatasi, pukul 08.00 hingga 20.00 waktu setempat.
"Ada pembantu muslim yang ikut saya hampir tujuh tahun, jadi makanannya halal. Suami sangat mendukung dan sebagai donatur. Cuma beliau berpesan harus seimbang antara urusan rumah tangga dan harus dilakukan dengan ikhlas," katanya.
Fifi mengatakan hingga (6/4) ia sudah membagikan 151 kotak dan akan dilakukan hingga PKP berakhir. Kegiatan berbagi nasi bukan aktivitas baru bagi Fifi karena kegiatan serupa pernah dilakukan di Batam.
"Dulu pernah di Batam kegiatan berbagi nasi setiap malam Minggu dikoordinasikan oleh eks karyawan saya, jadi setiap malam Minggu mereka mengambil makanan ke rumah saya. Makanan dibagikan ke mereka yang masih ngamen sampai malam dan 'homeless'," katanya.
Pada kesempatan itu, Fifi ingin mengetuk hati WNI yang tinggal di Malaysia, khususnya mereka yang lebih beruntung. "Mereka mesti dibantu terlepas mereka masuk ke Malaysia ilegal, visa pelancong tetapi dibuat kerja. Apapun itu coba berbagi sedikit buat mereka yang sangat membutuhkan. Kita tahu mereka yang masuk ke sini tidak malas, mereka mau bekerja tetapi keadaan yang membuat seperti ini," paparnya.
Fifi mengatakan tujuan berbagi nasi kotak tersebut hanya sebagai bentuk solidaritas membantu mereka. Sekecil apapun yang penting ikhlas pasti akan berarti. "Saya rasa dengan menyisihkan sedikit penghasilan kita untuk mereka tidak akan membuat kita berkekurangan. Buat nama Indonesia jadi lebih baik lagi di mata negara tetangga," katanya.
Fifi mengaku lokasi yang paling jauh saat dia mengantar makanan adalah di Genting Highland, sekitar 100 kilometer pulang pergi. "Asal alamatnya mudah, kami jalan. Beberapa kali bertemu polisi (PDRM) yang melakukan razia di jalan raya, namun kalau ditunjukkan kita sedang mengantar makanan polisi mempersilakan dan kita diminta cepat kembali," ucapnya.